Panitia 9 ini dipimpin Soekarno. Proses kerja panitia 9 ini tidak mudah, memulai dari diskusi awal membahas Pancasila versi Soekarno.
Soekarno berpidato (Twitter/@dwiki)
Setelah perdebatan panjang hampir 20 hari. Kedua kelompok sepakat terhadap rancangan dasar negara oleh M Yamin. Diberinama Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945.
Yang membedakan Piagam Jakarta dengan Pancasila 18 Agustus 1945 adanya 7 kata sila 1 : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya.
Baca Juga:Mengambil Makna Sejarah Proklamasi Kemerdekaan IndonesiaPerlunya Membangun Kecintaan terhadap NKRI sebagai Upaya mengisi Kemerdekaan
Pengusul dari 7 kata itu adalah wakil golongan Islam. Dalam pengertian bahwa kewajiban itu hanya berlaku bagi pemeluk agama Islam, tidak mewajibkan yang lain di luar itu.
Sebelum disahkan dalam pleno sidang BPUPK II, 7 kata tersebut sempat mendapatkan ketidaktujuan dari pihak non muslim.
Adalah Johanner Latuharhary salah seorang anggota BPUPK non Muslim dari wilayah Maluku. Soekarno mencoba menengahi kedua belah pihak.
Akhirnya Piagam Jakarta disepakati di sidang BPUPK II tanggal 16 juli 1925. Meski telah disepakati , tidak berarti berbagai elemen bangsa ini benar benar bersepakat khususnya sila I.
Tanggal 17 Agustus 1945 jam 10 pagi. Tokoh pergerakan Indonesia mengumumkan kemerdekaan Indonesia dibacakan Soekarno-Hatta.
Bhineka Tunggal Ika (Freepik)
Namun soreharinya Hatta didatangi oleh perwakilan pemuda katholik dan protestan dari Indonesia Timur yang menyatakan keberatan atas frase “kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya”.
Jika frase itu dijadikan dasar negara, maka kelompok Indonesia Timur akan memisahkan dari Indonesia.Hatta berjanji akan membicarakan personalan itu ke sidan PPKI keesok harinya.
Baca Juga:Meneladani Kedermawanan Nabi Muhammad SAW Lewat “Kisah 8 Dirham”Menghidupkan Semangat Dedikasi untuk mengisi Kemerdekaan Indonesia
Sidang PPKI I memang ada agenda pengesahan UUD. Sebelum sidang dimulai, Soekarno dan Hatta berinisiatif menemui tokoh tokoh Islam guna membicarakan keberatan dari kelompok Indonesia Timur.
Setelah melalu lobi panjang diantaranya melibatkan tokoh Muhammadiyah yakni Kasman Singodimedjo untuk melobi Ki Bagus Hadikusumo.
Hanya Hadikusumo yang masih kekeuh dengan Piagam Jakarta. Setelah mendengar masukan Kasman dimana situasi Indonesia akan semakin tidak kondusif.
Akhirnya Hadikusumo bersedia menghilangkan 7 frase kata itu dan mengantinya “Yang Maha Esa”. Sehingga sila 1 menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”.
Upaya membangun negara bangsa Indonesia dengan kesepakatan bersama. Kesepakatan itu mamastikan bawah Indonesia menjadi milik seluruh rakyat Indonesia tanpa adanya perbedaan berdasar atas agama mayoritas atau superior.