Suasana Musycab yang sejuk ini tentu tidak bisa dipisahkan dari sistem dan tradisi yang telah dibangun Muhammadiyah selama ini. Pertama, dalam suksesi Muhammadiyah dan Aisyiyah tidak mengenal konsep mencalonkan diri.
Ya, 32 calon tetap PCM dan 21 calon tetap PCA semuanya dipilih secara berjenjang oleh Pleno, PRM, dan Ortom. Tidak ada satupun yang masuk dalam bursa pencalonan karena mencalonkan diri.
“Dengan sistem dicalonkan ini sedikit banyak mengontrol ambisi mencari kedudukan di Muhammadiyah dan Aisyiyah. Selain itu, potensi rivalitas yang berlebihan juga bisa dihindari. Tidak heran, agenda suksesi kepemimpinan di Muhammadiyah manapun secara umum berlangsung adem, menyejukkan,” jelas M Suksi, Pleno PCM Bawang periode Muktamar 47 yang kembali terpilih di periode Muktamar 48 ini.
Baca Juga:Pertama di Asia Tenggara! Pabrik Baterai Mobil Listrik Dibangun di Kendal, Kapasitas 30 Ribu Ton LithiumAngka Stunting Kendal Turun jadi 10,9%, Sukses Masuk 8 Daerah dengan Persebaran Terendah di Jateng
Kedua, kesejukkan jalannya Musycab Muhammadiyah dan Aisyiyah Bawang ini juga terkait dengan model kolektif kolegial dalam kepemimpinan Muhammadiyah. Pemandangan istimewa misalnya tersaji saat 11 Pimpinan terpilih melakukan tahapan musyawarah untuk menentukan unsur Ketua dan Sekretaris.
Proses ini berlangsung cukup alot dan mengharu biru. Bukan karena tingginya rivalitas antar Pimpinan terpilih, tetapi sebaliknya justru karena masing-masing nama saling menolak untuk ditunjuk sebagai Ketua PCM Bawang.
Setelah melalui proses yang alot ini, akhirnya musyawarah pun mencapai kata mufakat. Jumali disepakati untuk memimpin kembali PCM Bawang periode kedua. Dia didampingi kader muda, Johan Setiaji.
Sementara untuk hasil musyawarah 7 Pimpinan Aisyiyah, duet Sudilah dan Sri Hidayati diamanahi untuk menduduki posisi Ketua dan Sekretaris PCA Bawang periode Muktamar 48.
“Hampir semua yang ditunjuk menolak, termasuk saya sendiri awalnya juga menolak. Ini bukan gimik, melainkan karena kami menginsafi pengabdian di Muhammadiyah ini berat, menuntut totalitas. Komitmennya harus limardho tillah, menghidup-hidupi Muhammadiyah, bukan mencari hidup di Muhammadiyah. Pada akhirnya, ketika teman-teman formatur bersepakat memilih saya, ya bismillah saja wes. Meski berat, saya berani mengambil amanah ini karena sistem kepemimpinan di Muhammadiyah ya kolektif kolegial,” terang Jumali, Ketua PCM Bawang periode Muktamar 48.
3. Kolaborasi Sepuh dan Muda
Keistimewaan Musycab Muhammadiyah dan Aisyiyah Bawang lainnya, yakni hasilnya yang berhasil mengusung kepemimpinan kolaboratif, memadukan senior atau sepuh dan junior. Jumali menjadi representasi unsur sepuh, dan Johan Setiaji adalah unsur muda yang energik.