Mereka merasakan kelaparan karena minimnya perbekalan, merasakan kedinginan, dan bahkan kehabisan obat untuk Jenderal Sudirman yang sedang sakit.
Tak jarang, pasukan Jenderal Sudirman ingin pulang karena lamanya medan gerilya. Mereka ingin kembali bertemu keluarga yang dicintai dan menikmati hidup nyaman.
Namun mereka mengurungkan niat ketika melihat Jenderal Sudirman yang sakit keras, namun tetap berjuang.
Baca Juga:Langkah-langkah untuk memecahkan masalah dan hambatan dalam kehidupanFenomena Obesitas pada Anak dan Saran Pencegahannya
“Jenderal Sudirman yang sakit keras saja tetap berjuang keras, apakah aku yang sehat harus lari dari perjuangan?”
“Tidak! Aku akan terus berjuang bersama Jenderal Sudirman hingga Indonesia merdeka kembali. Lebih baik mati dari pada lari dari perjuangan dalam keadaan sehat!” kata mereka.
“Insyaflah! Barang siapa mati, padahal (hidupnya) belum pernah berperang (membela keadilan) bahkan hatinya berhasrat perangpun tidak. Maka matinya diatas cabang kemunafikan”
Mereka mengingat hal itu, Jenderal Sudirman untuk memotivasi pasukannya.
Ketika melihat Jenderal Sudirman yang walaupun sakit masih berjuang, bahkan masih sholat dan menjalankan puasa ramadhan, merekapun kembali heroic.
Berkat semangat pantang menyerah dalam melakukan gerilya, akhirnya mereka tidak ketahuan Belanda.
Jenderal sudirman dan soeharto serangan 1 maret (Twitter/@arbainrambey)
Jenderal Sudirman tidak tertangkap oleh Belanda dan akhirnya berhasil memimpin pasukannya melakukan serangan diam-diam dalam serangan umum 1 Maret hingga mengakibatkan Belanda kewalahan mengatasi dan akhirnya dapat dikalahkan.
Berkat semangat pantang menyerah yang dimilikinya, Jenderal Sudirman bergerilya untuk Kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga:Deteksi Dini Obesitas pada Anak dengan Mengenali Faktor Penyebabnya dan DampaknyaMenghadapi Rasa Putus Asa ketika Berjuang di Kehidupan
Tetap memperjuangkan untuk memimpin pasukannya melakukan penyerangan terhadap Belanda walaupun dalam kondisi sakit dan banyak pemimpin lainnya mengatakan untuk menyerah.
Hal ini mengakibatkan Indonesia diberikan kesempatan untuk berunding lagi ke Den Haag Belanda pada tahun 1949.
Pada tahun tersebut, akhirnya Indonesia dapat diakui kedaulatannya oleh PBB dan negara negara lain di dunia.
Tanpa ada perjuangan Jenderal Sudirman bergerilya untuk Kemerdekaan Indonesia dan pasukannya, bisa jadi mungkin Indonesia masih dalam cengkeraman panjajahan Belanda.
Setelah Indonesia diakui kedaulatannya, 1 bulan kemudian Jenderal Sudirman meninggal karena paru-parunya semakin kronis.
Patung Jenderal Sudirman di Jepang (Twitter/@SekarJayanti)
Jenderal Sudirman memang tidak bisa menikmati kemerdekaan, namun hasil perjuangannya dalam dinikmati oleh jutaan rakyat Indonesia hingga kini.