Kamu mungkin pernah mendengar ungkapan “emotional baggage” atau beban emosional dan bertanya-tanya apa artinya sebenarnya.
Istilah “emotional baggage” mengacu pada masalah emosional yang belum terselesaikan, penyebab stres, rasa sakit, dan kesulitan yang kita alami yang terus memenuhi pikiran kita dan memengaruhi hubungan kita saat ini, kata Sabrina Romanoff, PsyD, seorang psikolog klinis, dan profesor di Universitas Yeshiva.
Secara klinis, emotional baggage pada dasarnya adalah trauma yang belum diproses, Dr. Romanoff menjelaskan.
Baca Juga:7 Cara Mengatasi Situasi Ketika Kamu Merasa Buruk sebagai Orang TuaPernahkah Kamu Merasa Bersalah sebagai Orang Tua? Ini 2 Tekanan yang Menjadi Penyebabnya
Istilah emotional baggage bisa menjadi stigmatisasi karena umumnya cenderung berkonotasi negatif dalam hubungan. Misalnya, orang cenderung menghindari calon pasangan yang mereka anggap memiliki “terlalu banyak beban emosional”.
Artikel ini mengeksplorasi gejala dan penyebab emotional baggage, serta beberapa strategi penanggulangan yang mungkin berguna. Karena istilah emotional baggage dapat menstigmatisasi, artikel ini akan menggunakan istilah “trauma yang belum terselesaikan” kecuali kutipan dari sumber ahli.
Gejala Emotional Baggage Trauma yang Belum Terselesaikan
Hal ini penting untuk menormalkan respons trauma karena orang yang mengalaminya seringkali tidak menyadari bahwa mereka terlibat dalam perilaku tersebut dan seringkali ada perasaan ‘terjebak’ yang menyertai respons trauma.
Di bawah ini, Dr. Romanoff menguraikan beberapa tanda dan gejala trauma hubungan yang belum terselesaikan.
Kurangnya Kepercayaan
Tanda utama trauma yang belum terselesaikan dan berakhir menjadi emotional baggage adalah kurangnya kepercayaan pada hubunganmu. Jika kamu pernah disakiti di masa lalu, kamu dapat menggunakan pengalaman itu sebagai pola atau panduan tentang apa yang diharapkan dari hubunganmu saat ini.
Pengalaman masa lalu yang menyakitkan dapat menyebabkan stres, keraguan, dan masalah kepercayaan. Kurangnya kepercayaan juga bisa disebabkan oleh ketidakjujuran orang tua atau ketidakpercayaan dalam hubungan. Ini mungkin terwujud melalui kesulitan dengan komitmen dan secara emosional tidak tersedia untuk pasangan baru.
Seseorang yang tidak dapat mempercayai orang lain mungkin berusaha mengendalikan berbagai aspek hubungan agar merasa aman dan terjamin.
Ketakutan dan Paranoia