Setiap pelanggan hanya dapat memasan dua kain batik. Karena keterbatasan jumlah SDM. Tahun 2015-2016 jumlah pesanannya membludak.
batik tulis Oey Soe Tjoen Pekalongan (Twitter/@christiano)
Beberapa kegiatan pameran ia ikuti seperti di Jakarta 2017 dan 2018 mengelar pameran di Surabaya.
Sekalipun ditengah banyak halangan dan rintangannya Widianti tetap bersemangat untuk menjaga rumah batik tulis Oey Soe Tjoen Pekalongan.
Baca Juga:Sejarah Perkembangan Batik Yogyakarta dan Ciri KhasnyaSejarah Panjang Batik Pesisiran dengan Warna Warninya yang Mengagumkan dan Ciri Khasnya
“Para pengrajin saya ajak untuk mempertahankan perusahaan ini sampai titik darah penghabisan. Kondisi pembatikan kami saat ini kalau diibaratkan orang jantungan yang tinggal nunggu napas terakhir,” ujarnya.
Berharap ada yang menjadi penerus Batik Tulis Oey Soe Tjoen Pekalongan. Meski UNESCO telah mengakui batik sebagai warisan budaya leluhur namun keberadaannya dalam bayang-bayang kepunahan. (*)