“Tagihan saya normal tidak sampai ratusan ribu, tiba-tiba beberapa bulan ini naik drastis jadi Rp 500 ribu,” ucap Didik Pramono.
Menurutnya tagihan tersebut tidak wajar. Sebab penggunaan air di rumahnya selama ini juga tidak berlebihan. Namun dari hitungan Tirtayasa penggunakan air mencapai ratusan kubik.
“Saya juga baru tahu, ternyata ada tambahan biaya perawatan jaringan meter. Apakah ini, sudah ada Perwalnya atau aturan sendiri,” ujarnya.
Baca Juga:Masyarakat Kota Pekalongan Gembira Jadi Ikon Expo UKM Dekranasda Jateng 2023 di BanjarmasinBiar Efektif , Pemkot Pekalongan Usulkan Pembentukan Kabid Perbatikan dan Batik Material Center
Selama ini, lanjut Didik, tidak ada perawatan fisik mengenai jaringan meter miliknya. Tidak ada perubahan sejak awal berlangganan air. Sehingga hal ini menjadi pertanyaan.
“Jika uang Rp 10 ribu dikalikan seluruh pelanggan Perumda setiap bulan, ada uang ratusan juta yang didapat cuma-cuma, tanpa layanan kepada pelanggan,” katanya.
Hal senada juga menimpa Hendro Figola, pemilik warung nasi Padang yang sebelumnya menyewa ruko di Jalan Kurinci, Pekalongan Barat.
Dia dipaksa untuk melunasi tagihan layanan air dari Perumda Tirtayasa Kota Pekalongan hingga jutaan rupiah. Bahkan diancam pemilik ruko akan dilaporkan polisi jika tidak segera membayar tagihan.
“Padahal selama ini tagihan air saya hanya berkisar ratusan ribu, tiba-tiba jadi jutaan rupiah,” sesalnya.
Hendro mengungkapkan, berjualan di ruko kecil tersebut sejak 2018 hingga Mei 2023. Kini ia sudah pindah. (dur)