Apatis melibatkan kurangnya minat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk tugas normal sehari-hari dan aktivitas sosial. Jenis apatis sering terlihat dalam berbagai tingkat pada orang sehat, tetapi juga merupakan gejala dari sejumlah kondisi kesehatan mental yang berbeda termasuk depresi.
Asal usul istilah sikap apatis berasal dari bentuk awalan a—yang berarti “tanpa”, dan bahasa Yunani pathos yang berarti “emosi, perasaan, penderitaan”. Jadi, sikap apatis pada awalnya didefinisikan sebagai kebebasan dari penderitaan. Suatu saat di abad ke-18, maknanya berubah menjadi rasa tanpa emosi atau perasaan — ketidakpedulian, terutama pada hal-hal yang penting atau menarik.
Masing-masing jenis apatis ditandai dengan perasaan acuh tak acuh dan kurangnya emosi. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan kurangnya kepedulian atau perhatian, tetapi dalam konteks kesehatan mental, kehilangan minat dalam berbagai aspek peristiwa kehidupan sering kali merupakan tanda dari suatu kondisi.
Baca Juga:4 Strategi untuk Menghadapi Quarter Life Crisis, Kamu Butuh Ini!8 Tanda Quarter Life Crisis, Hal Utama yang Kamu Hadapi dalam Krisis Ini
Sederhananya, apatis merupakan kurangnya minat pada tugas normal sehari-hari dan aktivitas sosial. Orang sehat mengalaminya dalam berbagai tingkatan, tetapi juga bisa menandakan beberapa kondisi kesehatan mental, termasuk depresi.
Jenis Apatis
Dalam sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One, para peneliti mengidentifikasi dan mendeskripsikan subtipe atau jenis apatis yang berbeda:
- Sikap apatis emosional, ditandai dengan kurangnya emosi positif dan negatif
- Sikap apatis perilaku, ditandai dengan kurangnya perilaku yang diprakarsai sendiri
- Sikap apatis umum, ditandai dengan kurangnya motivasi, respons emosional yang buruk, dan kurangnya keterlibatan sosial
Penelitian menunjukkan bahwa apatis dan anhedonia (kurangnya kesenangan) terkait erat, dengan orang yang mengalami tingkat apatis yang lebih tinggi juga melaporkan lebih banyak anhedonia.
Dua jenis apatis lain yang mungkin dialami orang adalah:
Apatis pengamat: Jenis apatis ini terkait dengan efek pengamat, sebuah fenomena di mana orang menyaksikan orang lain membutuhkan bantuan, tetapi tidak melakukan apa pun untuk mengintervensi atau menawarkan bantuan. Ada banyak alasan mengapa orang tidak mengambil tindakan dalam situasi ini, termasuk ketidakpedulian atau sikap apatis terhadap penderitaan orang lain.
Kelelahan welas asih: Kadang-kadang orang peduli pada awalnya, tetapi menjadi kewalahan atau lelah secara fisik dan emosional, inilah jenis apatis lainnya. Hal ini menyebabkan penurunan kemampuan untuk merasakan kasih sayang atau empati terhadap orang lain.