Terkadang perasaan ini mungkin lebih dari sekedar terjebak dalam kebiasaan. Hal ini juga bisa menjadi tanda dari sesuatu yang lebih serius, seperti gangguan depresi persisten (PDD). Gangguan mood yang ringan namun kronis ini ditandai dengan suasana hati yang buruk, penurunan energi, kehilangan minat, dan hilangnya kesenangan. Jika kamu menduga bahwa kamu mungkin mengalami PDD, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatanmu.
Alasan Kamu Mungkin Merasa Terjebak dalam Kebiasaan
Beberapa kebiasaan disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk membuat keputusan yang sama berulang kali ketika dihadapkan pada skenario serupa. Misalnya, kamu memilih mengemudi dengan cara yang sama ke tempat kerja setiap hari. Kamu dapat mengambil rute lain tetapi jangan melakukannya karena kamu secara alami bias untuk menghindari ketidakpastian jalur yang berbeda.
Ketakutan untuk keluar dari zona nyaman juga dapat menyebabkan kamu merasa terjebak dalam kebiasaan. Kamu ingin melakukan sesuatu yang berbeda namun ketakutan akan hal yang tidak diketahui atau ketakutan akan kegagalan menghalangimu untuk mengambil tindakan. Untuk meredakan ketakutanmu, kamu tidak melakukan apa pun dan, sebaliknya, tetap berada di tempatmu berada.
Baca Juga:Ingin Memanifestasikan Keinginan dalam Hidup? Jangan Abaikan 5 Hal Ini!Menghentikan Rasa Malas, Ini 4 Tipsnya
Mencari tahu apa yang menyebabkan ketidakpuasanmu penting untuk menemukan cara keluar dari kebiasaanmu. Jika kamu kesulitan memahami alasan di balik perasaanmu, bekerja sama dengan konselor berlisensi atau terapis yang berspesialisasi dalam terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu.
CBT bekerja dengan mengubah pola pikir dan perilaku negatif atau tidak membantu.
Saat berupaya menemukan penyebab terjebak dalam kebiasaan, satu hal yang perlu diingat adalah bahwa tidak semua kebiasaan itu sama. Beberapa orang mungkin merasa sedang menjalin hubungan romantis dengan pasangannya, sementara bagi yang lain, itu adalah pekerjaan mereka. Bahkan kesehatanmu, situasi keluarga, persahabatan, hobi, atau rumah dapat berkontribusi terhadap perasaan ini.
Penting bagi dirimu untuk tidak mengkritik atau mencaci-maki diri sendiri setelah kamu memahami akar masalahnya. Selain itu, jangan mencoba meminimalkan masalahnya. Kamu mungkin berpikir, “Aku punya kehidupan yang menyenangkan” atau “Aku tidak punya hak untuk merasa seperti ini”, namun pemikiran ini kontraproduktif dan bisa membuatmu terjebak dalam kebiasaan. Meskipun segala sesuatunya mungkin “baik-baik saja” sebagaimana adanya, jika kamutidak puas, inilah saatnya untuk melakukan perubahan dan mendapatkan kembali semangatmu.