Kebijaksanaan konvensional (dan penelitian) mengatakan bahwa komunikasi yang baik dapat menjadi resolusi konflik yang meningkatkan hubungan, meningkatkan keintiman, kepercayaan, dan dukungan. Kebalikannya juga benar: komunikasi yang buruk dapat melemahkan ikatan, menciptakan stres, ketidakpercayaan, dan bahkan penghinaan!
Karena konflik hampir tidak dapat dihindari dalam suatu hubungan (dan belum tentu merupakan pertanda adanya masalah), kamu dapat mengurangi sejumlah besar stres dan pada saat yang sama memperkuat hubungan yang kamu miliki jika kamu membangun pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan resolusi konflik dengan cara yang sehat.​
Itulah beberapa contoh sikap dan pola komunikasi negatif bahkan destruktif yang dapat memperparah konflik dalam suatu hubungan.
Baca Juga:Munculnya Perilaku Saling Menyalahkan dalam Hubungan, Hindari Penyebabnya!Tidak Baik Saling Menyalahkan Dalam Hubungan, Ini 4 Akibat Negatifnya!
Sedang berikut akan dibahas dengan lebih lengkap tentang resolusi konflik yang harus komunikasi agar hubunganmu tidak terncam.
Daftar Resolusi Konflik untuk Dihindari dalam Hubungan
Menghindari Konflik Sama Sekali
Daripada mendiskusikan rasa frustrasi dengan cara yang tenang dan penuh hormat, beberapa orang justru tidak mengatakan apa pun kepada pasangannya sampai pasangannya siap meledak, lalu mengungkapkannya dengan marah dan menyakitkan sebagai resolusi konflik mereka.
Tampaknya ini merupakan cara melakukan resolusi konflik yang tidak terlalu menimbulkan stres – menghindari pertengkaran sama sekali – tetapi biasanya menyebabkan lebih banyak tekanan bagi kedua belah pihak ketika ketegangan meningkat, kebencian semakin memburuk, dan akhirnya terjadi pertengkaran yang jauh lebih besar.
Jauh lebih sehat untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik. Keterampilan komunikasi yang bersifat asertif ini dapat membantu dirimu mengatakan sesuatu dengan cara yang membuat kamu lebih mudah didengar, tanpa bersikap tidak hormat kepada orang lain.
Menjadi Defensif
Daripada menyikapi keluhan pasangannya dengan pandangan obyektif dan kemauan untuk memahami sudut pandang orang lain, orang yang defensif dengan tegas menyangkal kesalahan apa pun dan bekerja keras untuk tidak melihat kemungkinan bahwa mereka berkontribusi terhadap suatu masalah.
Menolak tanggung jawab sebagai sebuah cara melakukan resolusi konflik dalam hubungan mungkin tampak meringankan stres dalam jangka pendek, namun menciptakan masalah jangka panjang ketika pasangan tidak merasa didengarkan dan konflik yang tidak terselesaikan terus berkembang.