Jika permintaan maafnya tulus dan mencakup unsur-unsur yang diperlukan, peluangmu untuk memaafkan lebih besar, namun terkadang orang lain belum siap atau tidak mampu memaafkan dan melanjutkan hidup. Atau mereka mungkin memaafkanmu tetapi tetap berhati-hati. Atau mereka mungkin tidak menyadari peran mereka sendiri dalam konflik tersebut. Kamu tidak dapat mengontrol respons mereka, dan jika kamu sudah melakukan semua yang kamu bisa, biarkan saja untuk saat ini.
Pilih Metodemu
Meminta maaf dengan tulus dan efektif secara lisan memang pantas dilakukan dalam banyak situasi, namun melakukan perbaikan secara tertulis juga mempunyai manfaat. Banyak orang mengalami ketidaknyamanan saat meminta maaf secara langsung, dan meskipun ketidaknyamanan ini bukanlah alasan yang baik untuk meminta maaf secara tertulis, hal ini bisa menjadi salah satu faktornya—terutama jika ketidaknyamanan tersebut memengaruhi kemampuanmu untuk mengekspresikan diri.
Menuliskan permintaan maafmu melalui surat, email, atau bahkan pesan teks dapat memberimu waktu untuk menyusun permintaan maafmu dengan bijaksana, memastikan untuk menerima tanggung jawab, mengungkapkan penyesalan, dan menegaskan kembali batasan.
Baca Juga:Meminta Maaf dengan Tulus, Ini 4 Kiat untuk DipertimbangkanTips untuk Menyelesaikan Perselisihan Keluarga, Kembaliskan Kedamaian di Dalamnya!
Di sisi lain, meminta maaf dengan tulus dan efektif secara tertulis mungkin terlalu formal untuk beberapa kesalahan dan tidak cukup pribadi untuk kesalahan lainnya. Dan jika permintaan maaf tertulis tidak diikuti dengan tanggapan, kamu mungkin akan menghadapi konflik yang belum terselesaikan.
Jagalah permintaan maafmu tetap sederhana dan langsung. Jika kamu melakukannya secara berlebihan, kamu akan menyalahkan diri sendiri, bukan orang yang kamu sakiti. Hal ini dapat menimbulkan kebencian dan mengikis kepercayaan.
**AN
Referensi Verywellmind