KEDUNGWUNI – Ketua dan pengurus Gerakan Kepanduan HW (Hizbul Wathan) Kwartir Daerah Kabupaten Pekalongan kembali terpilih dalam Musyawarah Daerah (Musda) yang dilaksanakan di Gedung Fakultas Ilmu Kesehatan UMPP, Sabtu (30/9/2023).
Pada kesempatan itu, Ketua Kwartir Wilayah Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Jawa Tengah, Taufiq menyampaikan bahwa agar terpilih pimpinan yang terbaik dan gerakannya lebih menantang karena yang dihadapi adalah generasi Z. Tentunya juga tidak boleh terlepas dari prinsip dasar metode kepanduan yang ada di HW.
Hal itu, lanjutnya,sesuai dengan temanya ‘Menggerakkan Sumber Daya, Membangun Kader Utama’ yakni Muhammadiyah melalui organisasi otonom Hizbul Wathan berbasis pengkaderan.
Baca Juga:Engine Diagnostic Tools, Service Lebih AkuratPenanganan Rob di wilayah pesisir jadi Skala Prioritas
“Sehingga dengan tema itu inginnya diakhir periode mencetak kader sumber daya insani yang komitmen dan konsen di Muhammadiyah, termasuk kader bangsa dan kader umat,” ujarnya.
Taufiq juga menjelaskan bahwa pada Tahun 1918 M, Kyai Haji Ahmad Dahlan melakukan perjalanan dakwah ke Surakarta. Ketika melewati alun-alun Mangkunegaran, tidak sengaja Kyai Ahmad Dahlan melihat anak-anak muda berseragam sedang berbaris rapi dan melakukan berbagai kegiatan kepanduan. Mereka adalah para anggota “Javaansche Padvinder Organisatie”, yaitu sebuah organisasi kepanduan yang didirikan oleh Sunan Pangkubuwono Mangkunegaran VII.
Dalam peristiwa tersebut, K.H. Ahmad Dahlan menemukan gagasan baru dalam membina generasi muda, baik di sekolah maupun di masyarakat umum. Beliau mengungkapkan bahwa alangkah baiknya jika Muhammadiyah mendidik kaum muda agar memiliki badan yang sehat serta jiwa yang luhur untuk mengabdi kepada alam. Dari gagasan tersebut, kemudian diadakan dialog/musyawarah oleh beberapa orang yang dipelopori oleh Soemardidjo. Dialog tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan “Padvinder Muhammadiyah” yang diberi nama “Hizbul Wathan” yang artinya “Pembela Tanah Air”.
Maka Hizbul Wathan itu sistem pendidikan diluar sekolah dan diluar keluarga.
“Dengan sistem itulah InsyaAllah akan muncul kader-kader Muhammadiyah dari Ranting Muhammadiyah. Tetapi kita saat ini masih berada di basis sekolah-sekolahnya Muhammadiyah dan belum berbasis Ranting di masyarakat Muhammadiyah,” jelasnya.