Desa Linggoasri – sebuah komunitas yang terletak di pedalaman Indonesia, telah menjadi percontohan keberhasilan pemberdayaan sosial yang mempromosikan moderasi beragama.
Terletak jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, desa ini memiliki karakteristik sosial, budaya, dan lingkungan yang berbeda, yang telah menjadi landasan kuat bagi upaya pemberdayaan yang berfokus pada kerukunan beragama.
Potensi pemberdayaan lembaga sosial di Desa Linggoasri sangat besar, terutama dalam konteks moderasi beragama. Di antara potensi-potensi yang ada, terdapat dua aspek utama yang perlu dicermati: pemberdayaan lembaga keluarga, dan pemberdayaan lembaga ekonomi.
Pemberdayaan Lembaga Keluarga di Desa Linggoasri
Baca Juga:Moderasi Beragama di Desa Karangsari menurut Perspektif Sosiologi KomunikasiBudi Yuwono Terpilih sebagai Ketua Pemuda Pancasila Kota Pekalongan Periode 2023-2027 pada Muscab VII
Lembaga keluarga di Desa Linggoasri memiliki potensi besar dalam mempromosikan moderasi beragama. Solidaritas yang kuat antara anggota keluarga dan lingkungan sekitar telah menjadi pondasi yang kokoh untuk pembangunan sosial.
Wawancara dengan Bapak Mustajirin Toyib, seorang tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan bahwa masyarakat di Desa Linggoasri selalu bersedia berkolaborasi dalam program-program positif. Pengelolaan usaha bersama dan program-program kesehatan menjadi bukti konkrit dari gotong royong yang telah menjadi ciri khas masyarakat setempat.
Potensi kedua adalah sumber daya alam yang melimpah. Desa Linggoasri memiliki kekayaan alam yang berlimpah, yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan keterampilan berbasis lingkungan.
Wawancara dengan Bapak Suwono, seorang warga setempat, mengungkapkan bagaimana pembuatan minuman kopi dari kopi lokal telah menjadi kegiatan yang berkembang pesat. Ini menciptakan peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan ekonomi lokal dengan berpegang pada nilai-nilai lingkungan.
Dalam konteks pemberdayaan keluarga di Desa Linggoasri, partisipasi keluarga dalam program-program pembangunan desa juga menjadi faktor kunci. Salah satu contohnya adalah pembangunan Cafela, sebuah kafe milik desa yang telah menjadi pusat kegiatan sosial. Inisiatif seperti ini telah meningkatkan partisipasi keluarga dalam pembangunan desa dan menciptakan dampak positif bagi masyarakat sekitar.
Gotong royong juga menjadi unsur kunci dalam pemberdayaan lembaga keluarga. Kegiatan sosial yang positif, seperti gotong royong, telah memperkuat kebersamaan dan solidaritas di antara keluarga dan masyarakat sekitar.
Dalam konteks moderasi beragama, hal ini telah membantu mengurangi potensi konflik antaragama dan meningkatkan pemahaman bersama tentang toleransi.