KOTA – Menanamkan cinta batik pada generasi muda menjadi prioritas bagi Museum batik Pekalongan dalam Peringatan Hari Batik Nasional tahun ini.
Kepala Museum Batik Pekalongan, Akhmad Asror mengatakan setelah ditunjuk dan mendapat sertifikat UNESCO dengan predikat Best Safeguarding Practice, Museum terus berupaya melestarikan budaya warisan batik salah satunya dengan kolaborasi bersama sektor pendidikan guna menyasar generasi muda.
“Komponen pelestarian budaya batik ini adalah tradisi lisan, secara turun temurun dari orang tua terus menerus ditularkan kepada penerusnya, akan tetapi belum tentu orang tua bisa menurunkan ke keturunannya karena belum tentu mereka tertarik dengan batik, jadi lomba membatik ini menjadi upaya formal melalui sektor pendidikan, agar generasi muda bisa mengetahui dan melanjutkan batik sehingga batik tetap lestari,” katanya saat ditemui di Museum Batik, Selasa (26/9/2023).
Baca Juga:Cegah Terjadinya Kebakaran, Polres Kerahkan Bhabinkamtibmas Beri Imbauan WargaInsiden Laka Beruntun Tolong, Jangan Pakai Motor Matic di Medan Curam
Asror menjelaskan bahwa lomba membatik ini merupakan transformasi pengetahuan dan skill bagi generasi penerus kaitannya dengan batik. Disamping untuk kompetisi, pihaknya juga menyisipkan edukasi bagaimana proses dan teknik membatik.
“Seluruh proses membatik kita tuangkan di lomba membatik jenjang SD/MI ini, agar peserta bisa mengetahui dan memahami, mulai dari njaplak, nyungging, nglowongi, ngiseni, tanahan, nyolet, ditutup dengan mopok, nyelup dan nglorot,” tandasnya.
Diikuti sebanyak 100 peserta, ia mengungkapkan meskipun tidak seluruh satuan pendidikan berkesempatan mengirim perwakilan siswanya karena kegiatan lain di sekolah masing-masing, antusias baik guru maupun siswa yang mengikuti lomba sangat terlihat jelas, sebab sebelum pelaksanaan, beberapa peserta didampingi gurunya mendalami proses membatik dengan mengasah skill dan berkunjung ke museum batik maupun secara mandiri. (mal)