KOTA – Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P2KB) setempat resmi melaunching Program ‘One Day One Egg’ sebagai upaya untuk mencegah dan menurunkan angka stunting. Launching program tersebut dilaksanakan di Ruang Jlamprang Kantor Sekretariat Daerah. Launching ditandai dengan penyerahan telur secara simbolis kepada beberapa kelurahan oleh Wakil Wali Kota Pekalongan, Salahudin, Kepala Dinsos-P2KB Kota Pekalongan, Yos Rosidi dan perwakilan Forkompinda.
Kepala Dinsos-P2KB Kota Pekalongan, Yos Rosidi mengatakan bahwa One Day One Egg ini merupakan upaya lanjutan untuk percepatan penurunan stunting. Sebelumnya sejumlah upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan dalam penanganan kasus stunting seperti dengan pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di tingkat kecamatan dan kelurahan.
Selain itu juga telah dibentuk tim pendamping keluarga dengan jumlah 236 tim dengan masing-masing tim berjumlah 3 orang dari kader kesehatan, kader KB dan kader PKK yang bertugas memberikan pendampingan 4 sasaran prioritas pencegahan stunting. Antara lain calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca melahirkan dan bayi di bawah 2 tahun (baduta).
Baca Juga:Warga Terima Daging Busuk, Untuk Tangani StuntingRawan Laka, Armada Quary Diatur
“Rupanya upaya masih harus kita genjot, tahun 2021 angka prevalensi 20,6 persen, di tahun 2022 harusnya 17 persen ternyata ada di 23,1. 2023 target 14 persen, dan di tahun 2024 ditargetkan 12 persen butuh kolaborasi dari kota, harus ada effort dari semua stakeholder,” katanya.
Dijelaskan Yos, nantinya pelaksanaan ‘One Day One Egg’ ini setiap OPD di kota Pekalongan akan membina 1 kelurahan. Di mana masing-masing ASN di OPD tersebut diminta untuk mendonasikan 1 butir telur setiap harinya. “Namun teknis tersebut bisa disesuaikan oleh masing-masing OPD dan kelurahan, pada intinya setiap harinya para ASN ini menyumbang 1 butir telur,” tambahnya.
Program ini merupakan pencegahan dari hulu bukan di hilir, difokuskan untuk menangani 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang bisa diintervensi dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun. Jika jumlah personil ASN OPD pembina cukup banyak, selain telur ia membebaskan OPD untuk menambah donasi jenis makanan lain seperti ikan, sayur atau lainnya. Kegiatan ini akan dimulai pada pekan depan di bulan Oktober hingga 3 bulan yakni Desember. “Setiap bulan akan dibuat laporan, setelah 3 bulan akan kami evaluasi, jika dampaknya ini bagus artinya tepat sasaran, maka program ini akan dilanjutkan,” sambungnya.