KENDAL – Kasus kenakalan remaja seringkali terjadi karena energi dan kreativitas di usia mereka yang besar tidak tersalurkan. Karena itu, dibutuhkan ruang dan panggung yang memberi kesempatan anak-anak sekolah beraktualisasi dan mengekspresikan kreativitasnya. Saluran-saluran ini diharapkan bisa mencegah praktik bullying di kalangan remaja atau anak sekolah.
Dalam semangat ini pula SMP Muhammadiyah 4 Sukorejo (SMP Muhas) menghadirkan Pentas Aksi Pelajar Anti Perundungan mengambil tema ‘Bangunlah Jiwa Raganya’, baru-baru ini. Kegiatan ini juga menjadi bentuk praktik Kurikulum Merdeka dalam bentuk Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), dengan mengusung tema bangunlah jiwa dan raganya dengan topik ‘Stop Bullying, Jalin Komunikasi, dan Selamatkan Generasi’.
“Praktik kurikulum merdeka melalui P5 ini bisa dilakukan salah satunya dengan sosialisasi dan kampanye stop bullying, karena dapat membantu mencegah terjadinya perundungan di kalangan pelajar,” ungkap Kepala SMP Muhas, Diah Rohmiatun, Sabtu (28/10/2023), seperti dilansir portal kendalmu.or.id pada 30 Oktober 2023.
Baca Juga:UIN Gus Dur Jajaki Kerja Sama dengan Universitas Kanazawa JepangPesan Solidaritas SD Muhas untuk Palestina, Gelar Salat Gaib Sampai Galang Dana
Menurut Diah, aksi perundungan dapat berdampak negatif pada kesehatan pelajar, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan menghentikan perundungan, pelajar dapat merasa lebih aman dan nyaman di lingkungan sekolah, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas pendidikan mereka.
“Banyak cara untuk mencegah perundungan, yakni dengan memberikan saluran dan panggung yang memungkinkan anak-anak berekspresi dan beraktualisasi, jadi energi dan kreativitas mereka tersalurkan,” terang Diah.
Seperti juga kegiatan Pentas Aksi Pelajar Anti Perundungan mengambil tema ‘Bangunlah Jiwa Raganya’ yang digelar SMP Muhas. Acara ini melibatkan para siswa dengan berbagai kreativitasnya, menampilkannya di hadapan siswa lainnya. “Harapannya, ini bisa mencegah perundungan sekaligus meningkatkan kualitas interaksi antar siswa yang lebih baik,” ujar Diah.
Adapun beberapa kreativitas siswa yang ditampilkan antara lain tari, drama, musik, majalah dinding (Mading-red), dan bazar jajanan sehat yang dapat menjadi sarana ekspresi dan komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan anti-perundungan kepada siswa lainnya.
Dengan kesempatan berkreativitas tersebut, siswa bisa saling memahami perbedaan antar mereka, dan menumbuhkan perasaan saling menghargai dan menyayangi. “Salah satu tujuan utama dalam mencegah perundungan adalah menciptakan lingkungan belajar yang bebas dari kekerasan dan mengedepankan rasa aman dan nyaman bagi semua siswa,” pungkasnya.