Sulis, perwakilan Kelompok Tani Adi Jaya dari Desa Sidomukti, mengatakan, di Desa Sidomukti ada sekitar 100 hektar sawah. Para petani tidak ingin membiarkan lahannya itu tidak produktif. Namun, akibat kekeringan 90 persen sawah di desanya tidak diolah. Para petani jadi pengangguran.
“Bagaimana petani membiayai kebutuhan hidupnya. Kami mikir anak istri. Jenengan digaji, kami harus mengolah sawah untuk mengais rezeki. Bisa dibayangkan kehidupan kami. Kami 90 persen ditopang dari pertanian,” ungkapnya.
Camat Karanganyar Budi Rahmulyo mengatakan, pada musim kemarau dirinya sudah koordinasi dengan UPT Pengairan terkait pengairan di wilayahnya. Saat itu, akibat musim kemarau debit bendungan Padurekso memang menyusut drastis sehingga tak mencukupi untuk mengaliri semua lahan pertanian di Karanganyar. Ditambah dengan adanya pembangunan proyek irigasi dari provinsi yang menutup saluran irigasi.
Baca Juga:Pelajar SMP Al Bayan Dikenalkan Budaya BatikBawaslu Endus Dugaan Pelanggaran 2.007 APK
“Itu kan beberapa waktu yang lalu. Petani pun menyadari karena kemarau panjang memang ndak ada airnya. Namun dalam perkembangannya beberapa minggu ini air mulai banyak. Namun di Desa Kayugeritan dan Sidomukti airnya tetap kurang. Kita di sini untuk mencari solusi yang terbaik,” kata dia.
Budi Rahmulyo menyampaikan, Forkopimcam Karanganyar siap untuk mengawal rembug bersama terkait masalah berkurangnya pasokan air untuk petani di dua desa tersebut. “Apa nanti pakai sistem piket buka tutup atau bagaimana, ini semua kan solusi bersama dan mudah-mudahan situasi ini tidak lama karena sesuai kalender pekerjaan tanggal 16 November 2023 pekerjaan pembuatan irigasi saluran induk selesai,” kata dia.
Sedangkan Kapolsek Karanganyar AKP Edy Sarwono mengatakan bahwa semua berkumpul di sini dalam rangka mediasi atau penyampaian keluhan warga terkait aliran air yang terhambat ke sawah warga Desa Sidomukti dan Kayugeritan.
“Kejadian ini bukan kehendak kita, ini semua takdir Tuhan. Kita semua harus menyadari dan bersyukur, karena kalau kita tidak pernah bersyukur hidup kita tidak enak dan tidak tenang. Mari kita diskusi tentang kejadian ini dengan menggunakan hati yang dingin,” tuturnya.
Dari rembug bersama itu dihasilkan kesepakatan dari masing-masing warga untuk melaksanakan sistem buka tutup pintu air. Yakni malam air dialirkan ke utara, dan pada siang hari air mengalir ke barat.