Dalam kesempatan tersebut Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Muhammad Zain mengutip ungkapan dari tokoh ternama Pramoedya Ananta Toer sangat menginspirasi. Dimana Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
“Pesan ini menggarisbawahi pentingnya menulis dan berkontribusi dalam dunia literasi. Menulis adalah cara untuk menyampaikan pemikiran, pengalaman, dan ide-ide yang dapat bertahan dalam sejarah dan memberikan pengaruh positif pada masyarakat,” ujarnya sembari mengutip ungkapan Pramoedya Ananta Toer.
Ia menambahkan, lewat pesan tersebut, guru diingatkan untuk tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga berbagi pengetahuan tersebut melalui tulisan. Sehingga dapat berdampak pada masa depan dan meninggalkan jejak dalam sejarah.
Baca Juga:Penetapan DCT, Jumlah Caleg BerkurangPolisi Sita 65 Batang Kayu Ilegal
Kasubdit Bina GTK MA/MAK Kementerian Agama RI, Anis Masykur menyampaikan mengenai “Computational Thinking” sebagai perspektif yang menarik. Pemikiran komputasional adalah kemampuan untuk merumuskan masalah dan mencari solusi melalui pemikiran logis, algoritma, dan pengolahan informasi.
“Menulis, pada dasarnya, melibatkan pemikiran komputasional karena seorang penulis harus merencanakan, mengorganisasi, dan menyusun ide-ide dalam urutan logis untuk menyampaikan pesan yang efektif,” jelasnya.
Dalam konteks ini, menulis dapat dianggap sebagai latihan yang membantu mengembangkan kemampuan komputasional seseorang. Ketika seseorang menulis, mereka harus merinci masalah, menyusun argumen atau narasi, dan merumuskan solusi atau pesan dengan metode yang terstruktur. Dengan cara ini, menulis membantu melatih pemikiran analitis, logis, dan kreatif.
“Pemahaman ini menggarisbawahi pentingnya keterampilan menulis dalam mengembangkan pemikiran komputasional, yang merupakan keterampilan penting dalam banyak bidang, termasuk untuk seorang guru,” tandasnya. (nov)