BATANG – Keren, kata pertama yang layak disampaikan pada lima dayang cilik asal Kabupaten Batang ini. Mereka adalah Ki Elginara Sidqi (SDN 3 Beji), Ki Ananta Oryza Ardian (SMPN 3 Batang), Ki M. Huda Erlangga (SMPN 1 Kandeman), Ki Abid Aqila Pranaja (SDN Proyo 5), Ki M. Syaariful Anam (SMPN 2 Tersono).
Kelima dalang cilik tersebut sukses menyuguhkan kesenian wayang kulit malam suntuk yang digelar Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Batang, dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional, Selasa (7/11/2023) malam.
Ketua Harian Pepadi Batang, Ki Tulus Wahyu Utomo atau akrab disapa Ki Uut mengatakan, Hari Wayang Nasional menjadi kabar gembira bagi para seniman pedalangan di Kabupaten Batang. Pasalnya, hari itu merupakan bukti sebuah pengakuan UNESCO, terhadap wayang yanh menjadi bagian dari Warisan Budaya Takbenda (WBTb).
Baca Juga:PDAM Suplai Air ke Pelanggan Terdampak Tiap HariTidak Boleh Lagi Rekrut Tenaga Honorer!
Sebagai wujud penghargaan dan rasa bangga terhadap budaya nasional, maka Pepadi Batang menghadirkan pagelaran wayang kulit semalam suntuk, dengan menampilkan lima dalang cilik berprestasi. Para dalang itu tampil selama tujuh jam dengan lakon “Bima Suci”.
Ki Uut menyampaikan, pagelaran malam ini spesial karena untuk merayakan Hari Wayang Nasional.
“Momen ini sangat dinanti-nanti para anggota Pepadi, jadi kami mempersiapkan dalam waktu yang cukup demi menunjukkan penampilan spektakuler lima dalang cilik pilihan,” katanya,
Dengan dikukuhkannya wayang menjadi budaya asli Indonesia, merupakan kabar gembira bagi para anggota Pepadi, karena akan terus mendapatkan dukungan dan pendampingan dari pemerintah agar dapat menjaga konsistensi dalam merawat hasil cipta rasa dan karsa para leluhur.
Salah satu dalang cilik, Elginara Sidqi, siswa SDN 3 Beji menyampaikan, bahwa kepiawaiannya mendalang di hadapan publik sudah ditunjukkan untuk keempat kalinya. Sejumlah persiapan pun telah dilakukan mulai dari latihan rutin dan latihan tambahan, hingga gladi bersih menjelang pagelaran wayang kulit semalam suntuk di pendapa.
“Senang sekali sudah mementaskan berbagai lakon di Desa Beji Tulis, Desa Kemiri Subah, Kabupaten Sragen dan Pendapa Kabupaten Batang,” katanya.
Perlu diketaui juga, lakon Bima Suci menceritakan perjalanan hidup Raden Bratasena berguru kepada Begawan Durna.