Lanjut Qodari, pada Pilpres 2024 terdapat tren baru soal preferensi pemilih yang berbeda dengan Pilpres 2014 dan 2019 di mana saat itu masyarakat lebih dominan mendukung capres yang merakyat. Saat ini, di Pilpres 2024 masyarakat lebih menyukai capres yang tegas dan berani.
“Saya belajar dari Pilpres 2014-2019, waktu itu yang paling dominan aspek atau alasan orang memilih adalah merakyat dan tegas. Merakyat itu identiknya dengan Pak Jokowi dan tegas itu identik dengan Pak Prabowo. Jadi memang tegas itu dari dulu tidak geser tuh dari Pak Prabowo,” urai Qodari.
“Nah kenapa Pak Jokowi menang 2014-2019 karena yang menghendaki presiden merakyat itu lebih banyak daripada yang menghendaki presiden tegas. Sekarang ini kan ada tren baru pembalikan di mana justru mayoritas ingin pemimpin yang tegas,” jelas Qodari
Baca Juga:KPU Batang Dapatkan Anggaran Rp 32,3 Miliar, dan Bawaslu Rp 7,2 Miliar untuk Pilkada Serentak 2024Pilpres 2024 Berpotensi Satu Putaran, Hasil Survei Indo Barometer Pasangan Prabowo-Gibran Unggul
“Jadi tiga variabel itu membuat Pak Prabowo ini menjadi unggul,” tambahnya.
Faktor kedua, beber Qodari, elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran dari berbagai survei mengalami tren yang terus meroket meninggalkan dua kandidat pesaingnya.
“Kenapa berpotensi jadi satu putaran walaupun belum kampanye karena ternyata dengan cepat pasangan Prabowo Gibran ini jaraknya menjauh daripada Ganjar Mahfud dan Anies Muhaimin,” katanya.
“Kita lihat tren suara survei-survei bulan Oktober lalu kemudian survei-survei bulan November. Selisih di survei Indo Barometer akhir Oktober sekitar 8%, sementara survei yang lebih belakangan bulan November seperti misalnya Populi itu kan selisihnya sudah 20%. Jadi ada tren melebar,” ucap Qodari.
Sementara faktor ketiga, Qodari menyebut potensi Pilpres 2024 satu putaran sangat terbuka dengan proyeksi distribusi normal, yakni jumlah responden yang belum memilih, bisa didistribusikan kepada masing-masing capres cawapres dengan nilai distribusi tertinggi untuk paslon yang elektabilitasnya tertinggi dan distribusi terendah untuk bakal paslon dengan elektabilitas rendah.
“Dalam ilmu statistik itu ada yang namanya distribusi normal untuk bisa membuat proyeksi, kalau misalnya yang rahasia belum memutuskan dan seterusnya ini 0 maka posisinya pada hari ini sebetulnya sudah 43,5% untuk Prabowo Gibran, 33,3% untuk Ganjar Mahfud dan 23,2% untuk Anies Muhaimin begitu,” ungkap Qodari