Hasil Penelitian UGM, Kampung Tempe Perlu Banyak Pembenahan

UGM
EKSPOSE - Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) menyampaikan hasil penelitian penerapan teknologi pertanian pada produk tempe kepada Pemerintah Kota Pekalongan.
0 Komentar

KOTA – Usai melakukan Forum Grup Discussion (FGD) di bulan Oktober lalu, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) menyampaikan hasil penelitian penerapan teknologi pertanian pada produk tempe kepada Pemerintah Kota Pekalongan untuk menguatkan branding potensi lokal di Kota Pekalongan. Yakni Kampung Tempe Kuripan Kertoharjo.

Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIP) UGM, Didik Purwadi mengatakan, sebagai akademisi pihaknya mencoba membantu bagaimana pengembangan kampung tempe dengan melakukan studi lapangan untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang perlu disiapkan dengan mendatangi ke beberapa dinas terkait dan pengrajin.

“Dari sana akhirnya kami menemukan dua hal yaitu karakteristik dari para pengrajin dan proses pengolahan tempe yang baik. Terkait karakteristik pengrajin ternyata kita temukan satu usia rata-rata di atas 40 tahun. Dari sisi tempat produksi tidak luas dan terpencar, masih sangat tradisional, tidak ada pencatatan, tidak memiliki label. Jika hal ini diangkat oleh pemerintah sebagai tujuan wisata yang kita khawatirkan mereka belum siap menghadapi tantangan ke depan. Sebagai perusahaan harus jelas kriterianya,” jelasnya.

Baca Juga:Amanah dari Habib Luthfi, Haul Habib Ahmad bin Aqil Al-Munawar Akhirnya Digelar Perdana836 Pelamar Lolos Seleksi Administrasi PPPK

Didik menyampaikan, sejumlah rekomendasi yang disampaikan diantaranya dari sisi bangunan diperbaiki, mesin, menjalankan SOP dengan baik dan penyajian peta di kampung tempe tersebut. “Dinas-dinas yang ditunjuk mau meneruskan atau tidak, sebab kami perguruan tinggi tidak bisa menjadi eksekutor kami sebagai fasilitator pengembangan. Di sini punya potensi batik, wisatawan yang mencari batik pasti tidak akan terlepas dari kuliner. Nah potensi tempe ini mudah-mudahan bisa dibawa dan dijalankan dengan sistematis,” sambungnya.

Ia menambahkan, produk olahan yang harus diperhatikan oleh pengrajin tempe yaitu produk yang tidak melepas taste daripada bahan utamanya tersebut. “Yang masih menjadi kendala para pengrajin ini pemasaran aneka olahan tempe, karena tastenya tempe hampir hilang. Jadi kami simpulkan industri tempe harus tetap menampakkan tempe dan kelebihannya dengan sentuhan lain,” katanya.

Sementara Wakil Wali Kota Salahudin menjelaskan, dari penelitian yang dilakukan berhasil terpotret kebutuhan yang harus disiapkan, rekomendasi, dan setelah disepakati semua ia berharap kebutuhan anggaran bisa terfasilitasi dan terealisasi di perubahan 2024. Sehingga tujuan utamanya yaitu mensejahterakan masyarakat dan membantu meningkatkan penghasilan keluarga bisa tercapai.

0 Komentar