PEKALONGAN – Sebagai wujud implementasi Kurikulum Merdeka, Madrasah Salafiyah Ibtida’iyah (MSI) 14 Medono menggelar Panen Karya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P5P2RA) dengan mengangkat tema ‘Kearifan Lokal dan Gaya Hidup Berkelanjutan di halaman madrasah setempat, Kamis (13/6/2024).
Dalam pantauan Radar, setiap stand siswa kelas 1 sampai 6 dihias sesuai dengan ide dan konsep dari setiap kelas. Setiap stand menjual berbagai aneka produk berupa makanan khas pekalongan, karya seni batik, craft dan kerajinan tangan lainnya. Selain itu juga ada pagelaran tari, puisi, fashion show, dan tilawatil Alquran.
Dimulai pukul 07.00 WIB, acara berlangsung lancar. Para siswa giat mempromosikan dan melayani pembeli dari kalangan wali murid, guru, siswa. Selain kreativitas, kegiatan ini mampu menumbuhkan sifat gotong-royong yang mulai terkikis arus globalisasi. Serta proses menyatukan dan merealisasikan ide yang tidak mudah.
Baca Juga:Kasiman Berpeluang Berpasangan dengan Afzan Arslan DjunaidTingkatkan Layanan Kinerja, Walikota Launching Lapor BOS dan eProkumda
Kepala MSI 14 Medono, Hj Nur Kholifah SPd.I,MPd mengatakan, kegiatan bazar karya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin menimbulkan sisi positif untuk memperkenalkan produk-produk pekalongan dan bakat seni budaya anak. Sehingga menumbuhkan kreativitas dan jiwa wirausaha anak didik.
“Dengan kegiatan ini dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menuangkan idenya, meningkatkan jiwa kewirausahaan dan kerja sama,” ucapnya.
Senada disampaikan Ketua Yayasan Almuttaqin, Ustadz Masykur. Ia menyebut, kegiatan tersebut sangat bagus untuk mengembangkan kreativitas anak. Sekaligus menumbuhkan jiwa kewirausahaan.Sehingga harapannya suatu saat anak-anak bisa menjadi wirausahawan yang sukses.
“Karena ini kegiatan perdana, peran orang tua siswa masih dominan. Kedepan saya harapkan para orang tua hanya mendampingi saja. Serta para guru bisa memahami secara benar kurikulum merdeka untuk menggali potensi siswa,” ucapnya.
Masykur menyebut, dengan penerapan kurikulum merdeka maka siswa bisa memahami materi pelajarannya sesuai dengan kearifan lokalnya. Misalnya bila kurikulum lama siswa mengikuti ujian nasional berasal dari buku-buku yang diajarkan. Namun sekarang berdasarkan asesmen diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran berbasis proyek, dan sebagainya.
“Sehingga berhasil membangung ekosistem belajar siswa yang menyenangkan. Siswa terlatih untuk mengemukakan pendapat, lebih kritis, kreatif, dan termotivasi dalam menyelesaikan setiap tantangan pembelajaran yang dihadapi,” ucapnya.