RADARPEKALONGAN.ID, PEKALONGAN – Organisasi Pekalongan Bisa Mandiri (PBM), yang merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) PT Nelayan Samudra Jaya, mengadakan acara bertajuk “Desak Calon Walikota Pekalongan Periode 2024-2029” pada Jumat malam, 11 Oktober 2024.
Acara yang digelar di Joglo Syaikh Abdul Qadir Jailani, Krapyak, Pekalongan Utara, ini menghadirkan calon Wali Kota Pekalongan nomor urut 1, H Muhtarom, sebagai pembicara utama.
Dalam forum tersebut, Muhtarom, yang berpasangan dengan H Makmur Sofyan Mustofa sebagai Paslon UTAMA, memaparkan visi, misi, dan program kerjanya jika terpilih sebagai Wali Kota Pekalongan periode 2024-2029.
Baca Juga:Polisi Gerebek Judi di Bantaran Sungai, Satu Pelaku Ditangkap, Dua Lainnya KaburCamat Lebakbarang Didemo Warga, Pertanyakan Tanda Tangan Dana Desa yang Tertunda
Acara ini juga menghadirkan empat panelis yang memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis terkait berbagai isu kota.
Panelis pertama, Judys, Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Pekalongan, menyoroti masalah ekonomi kreatif dan UMKM.
Ia bertanya tentang rencana Muhtarom dalam mendorong pembinaan olahraga dan potensi atlet Pekalongan. Menjawab pertanyaan tersebut, Muhtarom menyatakan bahwa Pekalongan memiliki banyak potensi atlet berbakat, namun fasilitas pendukung belum optimal.
“Jika terpilih, saya akan membenahi sarana olahraga dan membangun sport center,” ujarnya.
Judys juga menanyakan penataan pedagang kaki lima dan perbaikan fasilitas pasar, termasuk di Alun-Alun Pekalongan.
Menanggapi hal ini, Muhtarom berjanji akan menciptakan lebih banyak ruang komunal untuk pelaku ekonomi kreatif dan merapikan penataan pedagang agar lebih tertib.
Panelis kedua, Haidar dari Lingkar Kajian Kota Pekalongan, menanyakan keterlibatan generasi Z dalam pembangunan kota.
Baca Juga:APK Bermasalah Tanpa Kata "Calon" Berpotensi Picu Kebingungan di Masyarakat BatangInflasi Batang Stabil, Pemkab Gelar Pasar Murah untuk Bantu Daya Beli Masyarakat
Muhtarom menjawab bahwa peran Gen Z penting dalam bonus demografi, dan pemerintah harus mulai melibatkan mereka. “Gen Z harus punya karakter kenusantaraan dan petarung,” tambahnya.
Ahmad Syauqi, panelis ketiga yang merupakan seorang notaris, menyoroti reformasi birokrasi yang humanis. Sementara itu, budayawan Ribut Achwandi menekankan pentingnya memperhatikan sektor pendidikan nonformal.
Muhtarom sepakat bahwa pendidikan nonformal harus mendapatkan perhatian lebih dalam kebijakan kota.
Selain pertanyaan dari panelis, Muhtarom juga menjawab sejumlah pertanyaan dari pengunjung, termasuk isu pungutan di sekolah dan pengelolaan sampah.
Di akhir acara, Muhtarom secara spontan mengajak pengunjung menuliskan aspirasi mereka pada bajunya sebagai simbol komitmen untuk memenuhi harapan masyarakat jika terpilih.