RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Meski Kabupaten Batang kini memiliki dua kawasan industri besar, yakni Batang Industrial Park (BIP) dan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), tingkat pengangguran terbuka (TPT) masih tercatat pada angka 6,06 persen pada tahun 2023. Sementara itu, TPT Provinsi Jawa Tengah berada di angka 5,13 persen.
Penjabat (Pj) Bupati Batang, Lani Dwi Rejeki, berharap kehadiran kawasan industri ini dapat berkontribusi signifikan dalam menurunkan angka pengangguran di daerahnya.
Terlebih, sejumlah perusahaan telah mulai beroperasi di kedua kawasan tersebut. “Angka TPT di tahun 2023 masih 6,06 persen, namun sudah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Baca Juga:Dapur Rutan Pekalongan Dinyatakan Laik Hygiene oleh LabkesdaKPU Kota Pekalongan Mulai Pasang APK Paslon Pilkada 2024 di Lokasi Strategis
Harapannya, dengan operasional perusahaan di KITB dan perusahaan lain, angka tersebut dapat terus berkurang,” ujar Lani.
Untuk mendukung penurunan angka TPT, Pemkab Batang tengah menginventarisasi jumlah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di daerah itu agar lebih terarah dalam penyerapan tenaga kerja lokal.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Batang, Rakhmat Nurul Fadillah, menyampaikan bahwa pihaknya telah menyiapkan berbagai langkah strategis untuk menekan angka pengangguran, salah satunya melalui program Batang Karir untuk mengoptimalkan penempatan tenaga kerja di KITB.
“Kami menargetkan penempatan 500 pekerja setiap bulan di perusahaan yang sudah beroperasi, seperti di Yih Quan. Karena itu, saya sarankan anak-anak muda di Batang untuk mendaftar di Batang Karir agar mendapatkan info terbaru dan pendampingan persiapan kerja,” jelasnya.
Selain fokus pada sektor formal, Rakhmat menekankan pentingnya sektor informal sebagai penunjang. “Wirausaha juga berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja,” ujarnya.
Rakhmat juga menambahkan bahwa banyak hal yang masih perlu dibenahi, termasuk kesesuaian jurusan lulusan SMK dengan kebutuhan industri.
“Jika menunggu SMK baru, waktu yang dibutuhkan akan cukup lama, oleh karena itu, pelatihan yang menyesuaikan kebutuhan industri menjadi solusi utama saat ini,” pungkasnya.