Ritmisnya Tradisi Nyadran Gunung Silurah, Warisan Budaya Tak Benda Indonesia

Ritmisnya Tradisi Nyadran Gunung Silurah, Warisan Budaya Tak Benda Indonesia
DOK. ISTIMEWA TRADISI TAHUNAN - Nyadran Silurah yang digelar tiap tahun oleh masyarakat Desa Silurah Wonotunggal Batang
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Tradisi Nyadran Gunung Silurah kembali digelar di Desa Silurah, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, pada Jumat, 29 November 2024.

Acara yang berlangsung setiap tahun ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga telah resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek).

Kegiatan Nyadran dimulai dengan tradisi tasyakuran, di mana warga desa melakukan arak-arakan sambil memanjatkan doa bersama sebagai bentuk rasa syukur dan tolak bala.

Baca Juga:Paslon Tika-Benny Deklarasikan Kemenangan Pilkada Kendal 2024 dengan 220.926 SuaraJelajah Alas Roban 2024 Siap Promosikan Wisata Batang dan Dongkrak Ekonomi Lokal

Prosesi berlanjut ke acara inti di lereng Gunung Ronggokusumo dengan ritual pemotongan kambing kendit, kambing berwarna hitam dengan lingkaran putih di dadanya, yang dipimpin oleh sesepuh adat.

“Pemotongan kambing kendit ini merupakan simbol penghormatan kepada leluhur dan harapan akan keberkahan serta keselamatan bagi masyarakat desa,” ujar Suroto, Kepala Desa Silurah.

Tradisi Unik dan Filosofi Mendalam

Tradisi Nyadran Gunung Silurah memiliki keunikan tersendiri. Pada tahun 2024, tradisi ini memasuki putaran ketujuh, sehingga prosesi dilengkapi dengan pemotongan kebo bule (kerbau albino), menggantikan kambing kendit yang biasa digunakan. Filosofi warna pada hewan yang disembelih juga memiliki makna mendalam.

“Hitam melambangkan kelanggengan, sementara putih melambangkan kesucian. Dengan pemotongan kebo bule ini, kami berharap tradisi ini terus memberikan keberkahan dan menolak bala bagi masyarakat Desa Silurah,” jelas Suroto.

Tradisi yang berlangsung turun-temurun ini juga menjadi sarana promosi budaya dan potensi desa, menarik perhatian masyarakat dari luar daerah. Kegiatan seni tradisional seperti jajanan kampung hingga kesenian lokal turut menyemarakkan acara.

Diakui Sebagai Warisan Budaya Nasional

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Batang, Bambang Suryantoro, menyampaikan rasa bangganya atas pengakuan nasional terhadap tradisi ini. Menurutnya, penetapan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia semakin mengukuhkan posisi Nyadran Gunung Silurah dalam kalender budaya tahunan Jawa Tengah.

“Tradisi ini tidak hanya menjadi ritual adat, tetapi juga warisan budaya yang harus kita lestarikan untuk generasi mendatang.

Baca Juga:Relawan Ahmad Luthfi-Taj Yasin Rayakan Keunggulan Hitung Cepat dengan Cukur GundulKetua PCNU Kendal Apresiasi Kemenangan Tika-Benny: “Mbak Tika yang Amanah, Ya”

Selain itu, tradisi ini kini menjadi bagian dari Calendar of Events Jawa Tengah yang dinanti masyarakat setiap Jumat Kliwon bulan Jumadil Awal,” terang Bambang.

0 Komentar