RADARPEKALONGAN.ID, KENDAL – Tujuh kelurahan di Kendal kembali terendam banjir pada Kamis, 12 Desember 2024, setelah Sungai Kendal meluap akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut. Kondisi ini semakin menegaskan status daerah-daerah ini sebagai kawasan langganan banjir yang rutin terendam air setiap musim hujan.
Banjir melanda Kelurahan Trompo, Langenharjo, Kebondalem, Patukangan, Pegulon, Pekauman, Balok, dan Ngilir. Tingginya curah hujan membuat debit air Sungai Kendal tak mampu ditampung hingga meluap ke pemukiman warga.
“Air mulai masuk sejak Rabu malam dan Kamis pagi semakin tinggi karena debit Sungai Kendal terus meningkat,” kata Arifah, warga Kelurahan Pegulon. Ia menyebutkan bahwa banjir kali ini cukup mengkhawatirkan karena intensitas hujan diperkirakan terus meningkat hingga Januari 2025.
Baca Juga:UMK Kabupaten Batang 2025 Naik 6,5%, Diusulkan Jadi Rp2.530.838UMK Kabupaten Pekalongan 2025 Naik 6,5 Persen, Serikat Pekerja Sepakat
Warga Terbiasa dengan Banjir, Harap Pemerintah Bertindak
Meski banjir terus melanda, warga di wilayah terdampak mengaku sudah terbiasa menghadapi genangan air. Banyak dari mereka memilih bertahan di rumah meskipun air masuk ke dalam hunian mereka.
Sunarti, warga Pegulon yang sehari-hari berjualan di pasar, tetap menjalankan aktivitasnya meski air setinggi 40 sentimeter menggenangi jalanan kampungnya. “Setahun bisa sampai delapan kali banjir. Kami berharap pemerintah segera mengambil langkah nyata untuk mengatasi masalah ini,” ucapnya.
Ia menambahkan, setiap kali banjir melanda, air membutuhkan waktu hingga tiga hari untuk surut sepenuhnya. “Pernah banjir paling parah di sini, air di jalan mencapai satu meter, dan di dalam rumah sekitar 75 sentimeter,” tuturnya.
Dampak Luapan Sungai Kendal dan Banjir di Wilayah Lain
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kendal, banjir akibat luapan Sungai Kendal kali ini memengaruhi hampir seluruh kelurahan di Kota Kendal. Selain itu, banjir juga dilaporkan terjadi di wilayah lain, seperti Weleri, Pegandon, Ringinarum, Cepiring, dan Kaliwungu.
Kondisi ini menyoroti kebutuhan mendesak akan solusi jangka panjang untuk mencegah banjir yang terus berulang, terutama di kawasan langganan banjir.