Flu Burung Merebak di Pekalongan, Unggas Mati Mendadak di Sejumlah Desa

Flu Burung Merebak di Pekalongan, Unggas Mati Mendadak di Sejumlah Desa
HADI WALUYO MATI MENDADAK - Masyarakat Kabupaten Pekalongan keluhkan banyaknya unggas seperti ayam kampung dan entok yang mati mendadak.
0 Komentar

Untuk mencegah penyebaran flu burung, Arif menekankan pentingnya karantina unggas baru sebelum dimasukkan ke dalam kandang bersama unggas lain. “Jangan langsung dicampur, apalagi jika baru dibeli dari pasar. Karantina dulu minimal dua minggu,” sarannya.

Selain itu, pemberian vitamin dan ramuan herbal dapat meningkatkan daya tahan unggas. “Di saat cuaca ekstrem seperti ini, seminggu sekali kandang juga harus disemprot dengan disinfektan,” tambahnya.

Terkait kemungkinan unggas mati tanpa gejala, Arif menjelaskan bahwa masa inkubasi flu burung berkisar antara beberapa jam hingga dua minggu. “Bisa jadi unggas terinfeksi hari ini, lalu mati esok harinya tanpa menunjukkan tanda-tanda sakit. Biasanya kalau dibedah, akan terlihat organ dalam yang membiru karena kekurangan oksigen,” ungkapnya.

Baca Juga:Baru Satu PAUD di Kota Pekalongan Terima Program Makanan Bergizi Gratis, Sekolah Lain MenungguAwal Ramadan 1446 H Berpotensi Serempak, Muhammadiyah Tetapkan 1 Maret 2025

Ia juga menyarankan agar dalam satu kandang tidak bercampur berbagai jenis unggas seperti ayam, bebek, dan entok karena berisiko lebih tinggi terinfeksi flu burung.

“Kalau sudah ada unggas yang mati, jangan divaksin, karena justru akan memperparah kondisi. Sebaiknya lakukan biosekuriti dengan menyemprot kandang menggunakan disinfektan dan mengisolasi unggas lainnya,” tegasnya.

Arif juga mengingatkan agar warga tidak menjual unggas yang diduga terinfeksi flu burung. “Jangan dijual murah ke bakul, itu hanya akan menyebarkan penyakit ke daerah lain. Jika ada unggas mati, segera dikubur atau dibakar, jangan dibuang ke sungai karena bisa menyebarkan virus lebih luas,” tandasnya.

Flu Burung Sulit Dikendalikan, Peran Pemerintah dan Warga Diperlukan

Menurut Arif, flu burung telah menjadi penyakit endemis, sehingga sulit untuk diberantas sepenuhnya. “Flu burung ini muncul setiap tahun. Kalau tidak ada aturan yang jelas, misalnya unggas dilepaskan begitu saja, akan sulit dikendalikan,” katanya.

Ia pun mendorong pemerintah desa untuk memanfaatkan dana desa untuk ketahanan pangan, termasuk pengendalian penyakit ternak. “Dana desa bisa digunakan untuk vaksinasi unggas atau pengendalian penyakit seperti PMK pada ternak besar. Jika ada kebutuhan teknis, kita bisa membantu,” pungkasnya.

0 Komentar