RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Produksi padi di Kabupaten Batang mengalami penurunan signifikan pada tahun 2024, menyusul dampak fenomena El Niño yang menyebabkan rendahnya curah hujan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Batang menunjukkan, produksi padi hanya mencapai 139,93 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG), turun 4,39 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 146,35 ribu ton GKG.
“Curah hujan yang rendah menyebabkan musim tanam bergeser, sehingga berdampak pada hasil panen,” kata Kepala BPS Batang, Heni Djumadi, Rabu (12/3).
Luas Panen Menyusut, Produksi Beras Ikut Turun
Selain penurunan produksi, luas panen padi di Batang juga mengalami penyusutan. Pada 2023, luas panen tercatat 26,69 ribu hektare, namun pada 2024 menyusut menjadi 25,54 ribu hektare, atau berkurang sekitar 1,15 ribu hektare (4,32 persen).
Baca Juga:Koramil 02/Pekalongan Timur Bagikan Takjil Ramadan, Pererat Kebersamaan dengan WargaSMPN 2 Brangsong Gelar Pesantren Kilat Ramadan, Perkuat Karakter Siswa Selama 24 Hari
Kondisi ini turut berdampak pada produksi beras. Jika pada 2023 produksi beras mencapai 84,16 ribu ton, tahun ini angka tersebut turun menjadi 80,47 ribu ton.
Meski mengalami penurunan, Kabupaten Batang masih memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produksi padi di Jawa Tengah. Pada 2024, produksi padi Jawa Tengah tercatat mencapai 8,89 juta ton, yang setara dengan 16–17 persen dari total kebutuhan pangan nasional.
Metode KSA, Survei Ubinan, dan Upaya Peningkatan Produksi
Untuk memperoleh data yang lebih akurat, BPS menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA), yakni sistem pemetaan berbasis citra satelit yang dikombinasikan dengan survei lapangan langsung.
“Metode KSA memberikan data luas panen dan produksi yang lebih akurat dibandingkan metode konvensional. Sejak 2018, metode ini telah diterapkan dalam penghitungan produksi padi nasional,” jelas Heni.
Selain itu, estimasi produktivitas padi juga diperoleh melalui Survei Ubinan, di mana sampel diambil dari lahan berukuran 2,5 meter x 2,5 meter untuk kemudian diekstrapolasi menjadi data produksi dalam skala luas.
Sejumlah faktor turut mempengaruhi hasil panen, mulai dari kondisi cuaca, sistem irigasi, serangan hama, hingga penggunaan teknologi pertanian. Daerah dengan sistem irigasi yang baik cenderung memiliki hasil panen lebih stabil dibandingkan wilayah yang mengandalkan curah hujan.
Pemerintah daerah dan Dinas Pertanian Batang pun terus berupaya mengatasi tantangan ini dengan mendorong petani menggunakan benih unggul, pupuk yang tepat, serta metode pertanian berkelanjutan.