“Ada enam fase dalam program ini. Tiga fase pertama dilakukan pada 2025, termasuk kajian, analisis data, perancangan teknis, hingga pembangunan IPAL batik di empat kelurahan. Fase berikutnya berlangsung di 2026 hingga Januari 2027, mencakup pengembangan, replikasi, pembangunan Green Batik Center, serta promosi,” jelas Cayekti.
Ia menambahkan, target utama pada 2025 adalah menyelesaikan satu proyek IPAL sebagai percontohan. Kemudian pada 2026, dilakukan replikasi ke lokasi produksi batik lain agar jangkauan program semakin luas.
Dalam pelaksanaannya, program Green Batik melibatkan berbagai mitra strategis, baik dari dalam maupun luar negeri, seperti The Water Agency, Resilience, Universitas Pekalongan (Unikal), Saxion University of Applied Sciences, Dutch Water Operators, Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Dutch Water Authorities.
Baca Juga:Uji Coba Pembatasan Truk Berat di Jalur Pantura Batang hingga Pemalang Dimulai, Berlaku Pukul 05.00–21.00Pencuri Bonsai di Pekalongan Babak Belur Dimassa Warga, Kini Dirawat di RSUD Kajen
Program ini diharapkan mampu mewujudkan industri batik yang ramah lingkungan sekaligus mendukung visi Pekalongan sebagai kota kreatif berbasis warisan budaya yang berkelanjutan.