RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Dua karya terbaik hasil tangan kreatif warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Batang terpilih untuk tampil dalam ajang bergengsi tingkat nasional, Indonesian Prisons Products and Art Festival (IPPA Fest) 2025. Festival ini akan digelar pada 21–23 April 2025 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, sebagai bagian dari peringatan Hari Bhakti Pemasyarakatan ke-61.
Kepala Lapas Batang, Nurhamdan, menyampaikan bahwa dua karya unggulan yang dikirim merupakan buah dari proses pembinaan dan pelatihan keterampilan yang berkelanjutan. Produk yang dimaksud adalah busana muslim (baju koko dan hem) hasil kolaborasi dengan DMA Collection, serta miniatur kapal pinisi yang menonjol karena kehalusan dan detail pengerjaannya.
“Kami mengirimkan dua produk terbaik yang selama ini menjadi andalan. Keduanya tak hanya unik secara tampilan, tapi juga memiliki kualitas tinggi dan nilai komersial yang menjanjikan,” ujar Nurhamdan, Rabu, 16 April 2025.
Baca Juga:98 Persen Guru RA di Batang Masih Berstatus Wiyata Bakti, IGRA Tuntut Pengakuan dan KesejahteraanPeradi Pekalongan Gandeng UIN Gus Dur untuk Gelar PKPA, Cetak Advokat Bermartabat dan Berintegritas
Ia menambahkan, IPPA Fest tidak hanya menjadi panggung pameran karya kreatif warga binaan pemasyarakatan (WBP) dari seluruh Indonesia, namun juga menjadi simbol penghargaan terhadap proses pembinaan yang dilakukan di balik tembok penjara.
“Festival ini menjadi ruang apresiasi, juga sekaligus bentuk kepercayaan bahwa WBP mampu menghasilkan karya bernilai yang bisa bersaing di pasar nasional,” katanya.
Produk Lapas Batang Mulai Diterima Pasar
Nurhamdan menjelaskan, produk-produk kreatif dari Lapas Batang selama ini telah menembus berbagai lapisan masyarakat. Tidak hanya dipasarkan secara internal, tetapi juga dipesan oleh instansi pemerintah, komunitas lokal, hingga pelanggan dari luar daerah.
“Kami membekali mereka keterampilan yang konkret. Misalnya melalui produksi miniatur kapal atau konveksi pakaian, warga binaan jadi lebih percaya diri. Bahkan setelah bebas, banyak yang langsung membuka usaha mandiri,” jelasnya.
Pembinaan Bukan Penghukuman
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa semangat di balik IPPA Fest sejalan dengan filosofi pemasyarakatan, yakni membina manusia, bukan sekadar menghukum. Lapas, kata dia, harus menjadi tempat yang memberi kesempatan kedua bagi para narapidana untuk memperbaiki hidup.
“Lapas bukan akhir perjalanan. Justru bisa menjadi awal baru untuk bangkit dan kembali diterima di tengah masyarakat,” ujar Nurhamdan.