RADARPEKALONGAN.ID, PEKALONGAN – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-119 Kota Pekalongan, Museum Batik Pekalongan bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tegal menyelenggarakan pameran batik bertema “Kolaborasi Berkelanjutan”. Pameran yang menampilkan batik-batik bernilai sejarah ini digelar hingga 31 Mei 2025, menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya yang berkelanjutan.
Kepala Museum Batik Pekalongan, Nurhayati Sinaga, mengatakan kolaborasi ini bukan sekadar perayaan ulang tahun kota, tetapi menjadi wujud konkret menjaga warisan budaya bangsa.
“Melalui kolaborasi ini, kami merawat warisan, memperkuat nilai, dan mempersembahkan cinta untuk Indonesia,” ujarnya, Selasa (29/4/2025).
Baca Juga:Menteri PKP Tegaskan Tak Ada Toleransi bagi Pengembang Nakal, Masyarakat Diminta Aktif Melapor49 CPNS Kota Pekalongan Resmi Terima SK Pengangkatan, Siap Bertugas Mulai 2 Mei 2025
Menurut Nurhayati, pameran ini terbuka untuk umum dan dirancang sebagai ruang edukasi yang mempertemukan budaya dengan ekonomi. Batik, lanjutnya, seperti halnya rupiah, mencerminkan identitas dan nilai luhur bangsa.
Dari sisi ekonomi dan sejarah, Kepala Kantor Perwakilan BI Tegal, Bimala, menyampaikan bahwa batik memiliki nilai penting yang tidak hanya artistik tapi juga historis. Dalam pameran tersebut, pengunjung dapat menyaksikan koleksi batik langka yang menggambarkan perjalanan batik dari berbagai masa.
“Kami memamerkan batik tahun 1970-an, termasuk motif buketan dari Pekalongan dan batik Tiga Negeri yang memadukan karakter Solo, Pekalongan, dan Lasem. Ada juga batik Adik Baji dari era 1950-an yang terkenal akan kelembutan kainnya,” jelas Bimala.
Salah satu koleksi yang menjadi sorotan adalah batik Walangkekek milik penyanyi keroncong legendaris Waldjinah, produksi tahun 1980-an dengan motif gringsing. Batik tersebut dikenakan Waldjinah saat menghadiri undangan resmi ke Jepang pada tahun 2000.
Tak kalah penting, pengunjung juga dapat melihat karya batik maestro Go Tik Swan, budayawan Tionghoa yang dikenal sebagai pionir batik Indonesia modern. Ia menciptakan lebih dari 200 motif sejak 1958 hingga 2008. Ciri khas Go Tik Swan terletak pada penggabungan warna gelap ala batik Solo dengan nuansa cerah dari batik pesisir.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya mengagumi batik sebagai kain indah, tetapi juga memahami makna dan nilai-nilai di baliknya, sebagaimana rupiah yang menjadi simbol kekuatan bangsa,” tambah Bimala.