Mengenal Simtudduror di Pekalongan, Kota Santri yang Bernafaskan Islam

Simtudduror di Pekalongan
Ilustrasi Simtudduror di Pekalongan (instagramm.com : @majelisazzahir)
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID – Budaya Simtudduror di Pekalongan memiliki sejarah yang kaya dan unik. Seni musik ini merupakan hasil akulturasi budaya Timur Tengah, Banjar, dan Pekalongan.

Pekalongan, sebuah kota yang dikenal sebagai kota santri, memang pantas mendapatkan gelar tersebut. Hal ini terlihat jelas dari banyaknya pondok pesantren, habaib, dan kyai yang ada di wilayah ini.

Tidak hanya itu, juga terdapat berbagai kegiatan yang berhubungan dengan perayaan-perayaan besar dalam agama Islam di Pekalongan.

Baca Juga:Rahasia Kuliner Laut: 3 Cara Persiapan dan Pembuatan Ikan Panggang yang Menggugah SeleraMengungkapkan Teknologi Revolusioner! Bagaimana Inovasi Digital Membawa Revolusi dalam Manajemen Tambak?

Namun, tidak hanya terbatas pada kegiatan keagamaan, Pekalongan juga memiliki kesenian khas yang bernafaskan Islam yaitu simtudduror.

Dalam artikel ini kita akan membahas mengenai simtudduror, sejarah dan perkembangannya simtudduror di Pekalongan.

Apa itu Simtudduror?

Simtudduror, juga disebut Durronan atau Terbangan, adalah salah satu seni musik islami yang berkembang di Pekalongan. Seni musik klasik ini melambangkan rasa syukur kepada Sang Pencipta melalui puji-pujian dan shalawatan.

Simtudduror biasanya ditampilkan dalam acara-acara tasyakuran sebagai pembuka, seperti acara akad nikah, sunatan, perayaan Maulid, pengajian umum, dan berbagai acara lainnya. Seni ini juga sangat populer di lingkungan pondok pesantren dan kalangan muda yang aktif di jamaah masjid.

Pertunjukan Simtudduror hanya menggunakan rebana dan jidor, dan kelompoknya terdiri dari sekitar 15 hingga 20 orang. Alat musik rebana, juga dikenal sebagai terbang, dipukul dengan ritme tertentu yang menghasilkan bunyi yang dinamis. Suara merdu dari puji-pujian menyertai alunan musik yang dimainkan.

Masyarakat Timur Tengah yang menyebarkan agama Islam di Pekalongan senang memainkan alat musik rebana, masyarakat lokal membentuk kesenian musik yang disebut Simtudduror.

Istilah ini berasal dari kitab Maulid Simtudduror yang ditulis oleh Habib Ali Al Habsy dari Ha Kitab tersebut berisi tentang kerinduannya kepada Rasulullah. Dalam kitab itu terdapat sejarah hidup dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad saw.

0 Komentar