Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Batang, Supriono, menyebut bahwa pelaksanaan program akan berlangsung selama enam bulan ke depan, dan masih difokuskan pada balita non-PAUD.
“Ke depan, kami harap sasaran program juga bisa mencakup ibu hamil dan ibu menyusui, karena mereka termasuk kelompok risiko tinggi dalam persoalan gizi,” kata Supriono, saat meninjau pelaksanaan MBG di salah satu lokasi.
Pendistribusian dilakukan oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang bertugas tidak hanya membagikan makanan, tetapi juga melakukan pendataan dan edukasi kepada keluarga penerima manfaat.
Baca Juga:Peduli Kesehatan, Kodim Batang Gelar Cek Kesehatan Gratis untuk AnggotaKeikutsertaan Baru 50 Persen, BPJS Ketenagakerjaan-HNSI Batang Dorong Nelayan Terlindungi Jamsostek
Menurut Supriono, dari lebih dari 3.000 keluarga risiko stunting (KRS) yang tercatat di Batang, hanya sekitar 860 jiwa atau 10 persen yang bisa dijangkau dalam program ini. Oleh karena itu, pemerintah daerah berharap adanya perluasan alokasi program MBG di masa mendatang.
“Tujuan utama dari program ini adalah memastikan asupan gizi yang cukup bagi kelompok rentan, serta mendukung tumbuh kembang anak menuju generasi unggul Indonesia Emas 2045,” tuturnya.
Program MBG ini menjadi bagian dari strategi nasional percepatan penurunan stunting dan penguatan kualitas sumber daya manusia. Pemerintah Kabupaten Batang berkomitmen untuk terus mendukung pelaksanaan program ini secara berkelanjutan melalui kolaborasi lintas sektor, edukasi gizi, serta peningkatan kapasitas layanan di tingkat desa dan kelurahan.