RADARPEKALONGAN.ID – Batik Pekalongan adalah tradisi seni tulis yang terkenal dengan motif-motif unik dan kaya warna. Sejarah batik Pekalongan dimulai sekitar tahun 1740.
Sejak masa Kerajaan Mataram, batik Pekalongan telah dikenal dan diperdagangkan ke Jakarta atau Batavia.
Pada abad ke-19, batik Pekalongan telah memiliki industri rumahan yang berkembang pesat di daerah-daerah seperti Pekalongan kota, Buaran, Pekajangan, dan Wonopringgo.
Baca Juga:Mengatasi Kesulitan Menagih Utang: 7 Teknik Negosiasi yang EfektifPeluang Bisnis Furniture dengan Konsep Zero Waste
Pada periode tersebut, kain batik umumnya hanya dikenakan oleh anggota kerajaan dan para pengabdi di istana.
Lalu seiring berjalannya waktu, batik semakin dikenal oleh banyak masyarakat yang pada akhirnya, batik menjadi pakaian umum yang dipakai oleh masyarakat Pekalongan dan sekitarnya.
Batik Pekalongan memperoleh perkenalan di dunia sejak lama, terutama karena kota ini adalah salah satu pusat batik terbesar di Indonesia.
Batik Pekalongan telah dikenal sejak tahun 1800-an dan telah mengalami perkembangan pesat, terutama dari segi motif.
Perkembangan yang signifikan terjadi setelah Perang Jawa atau Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830, keluarga keraton berserta pengikut-pengikutnya meninggalkan lingkungan kerajaan dan menyebar ke daerah-daerah seperti Pekalongan.
Mereka ikut mengembangkan batik yang sebelumnya sudah ada di Pekalongan. Industri batik rumahan tumbuh dan berkembang pesat sekitar daerah pantai, seperti daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo
Batik Pekalongan juga terpengaruh oleh migrasi pendudukan dari berbagai bangsa, seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu, dan Jepang, yang membentuk ciri khas batik Pekalongan.
Baca Juga:10 Website AI yang Banyak Dirahasiakan Orang10 Profesi Freelance yang Paling Diminati di Era Digital
Batik Pekalongan memiliki motif yang kaya, yang dibentangkan oleh pengaruh budaya dari berbagai bangsa.
Motif Jlamprang diilhami dari Negeri India dan Arab, motif Encim dan Klenengan dipengaruhi oleh peranakan Cina, motif Pagi-Sore dipengaruhi oleh orang Belanda, dan motif Hokokai tumbuh pesat pada masa pendudukan Jepang.
Batik Pekalongan memiliki pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa, yang sering menjadi transit dan area pelelangan hasil tangkapan laut oleh para nelayan dari berbagai daerah.
Selain itu, kota Pekalongan juga merupakan kota bandar yang ramai dengan pengunjung dari luar daerah, dan hingga sekarang menjadi pusat sejumlah koperasi besar yang melayani pengusaha kecil dan menengah, termasuk pelaku bisnis batik.