Unik! Rutinitas Jamaah Masjid Agung Kaliwungu, Ngopi & Bercengkrama Hangat Selepas Subuh!

Unik! Rutinitas Jamaah Masjid Agung Kaliwungu, Ngopi & Bercengkrama Hangat Selepas Subuh!
ACHMAD ZAENURI NGOPI - Komunitas Jagongan sebelum mengikuti kajian di Masjid Agung Al- Muttaqin Kaliwungu.
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, KENDAL – Aktivitas sebagian jamaah salat Subuh Masjid Agung Al-Muttaqin, Kaliwungu, Kendal, terbilang unik. Selepas salat, para kiai hingga santri ini memilih ngopi bareng di warung sebelah masjid sambil membincang banyak hal dengan santai dan penuh kehangatan.

Berawal dari kebiasaan menunggu pengajian pagi di Masjid Agung inilah akhirnya lahir komunitas “Jagongan”. Aktivitasnya pun unik, mereka duduk bersama menikmati berbagai menu kuliner tradisional seperti pohong goreng, pisang godog, gemblong, dan berbagai gorengan lain sambil menyeruput kopi panas. Tak hanya ngopi, mereka pun memperbincangkan banyak hal dalam suasana yang santai, dari masalah keagamaan, fenomena sosial, hingga isu lingkungan sekitar.

Komunitas para kiai dan santri jamaah Masjid Agung Al-Muttaqin ini digagas oleh Nasikin, seorang tokoh masyarakat Kaliwungu. Awalnya, ia hanya ingin menciptakan suasana hangat sambil menunggu waktu pengajian pagi di masjid.

Baca Juga:FORNAS VIII NTB, AMDI Kota Pekalongan Sabet 9 Medali, Sumbang 4 Emas untuk Jawa Tengah!Misteri 2 Bocah Tewas di Sigandu Batang, Ibu Korban Jalani Observasi RSJ Semarang, Dugaan Bunuh Diri Menguat!

“Komunitas ini terbentuk secara alami dari kebiasaan para santri dan kiai yang datang lebih awal sebelum kajian dimulai. Kami berkumpul di warung untuk ngopi dan ngobrol, lama-lama jadi tradisi,” tutur Nasikin, baru-baru ini.

Menariknya, anggota komunitas ini ternyata tak hanya dari Kaliwungu, melainkan juga beberapa wilayah sekitar, seperti Mangkang, Patebon, Weleri, hingga Brangsong. Sebagian besar berstatus pensiunan dan para tokoh agama lanjut usia, meski siapapun dipersilakan untuk ikut bergabung tanpa syarat khusus.

“Yang penting datang, ikut duduk dan berbagi cerita di warung jagongan. Di sinilah kita saling menguatkan dan menjaga silaturahmi,” terang Nasikin.

Antusiasme ini tak hanya milik anggota komunitas, melainkan bahkan sang pemilik warung. Senang karena warungnya rutin dikunjungi, pemilik warung membalasnya dengan memberikan seragam khusus dan bahkan menyablon cangkir kopi dengan foto masing-masing anggota.

Setiap harinya, aktivitas jagongan ini tidak berlangsung lama, tetapi cukup efektif dan berkualitas. Mereka menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit, yaitu sejak selepas salat Subuh hingga sekitar pukul 05.30 WIB. Namun, waktu singkat ini cukup untuk menyegarkan pikiran dan hati, sebelum para jamaah ini kembali menuju masjid untuk mengikuti kajian rutin keagamaan.

0 Komentar