Program Santri Laju Kendal Langsung Diserbu 30 Peserta, Belajar Kitab Kuning Gratis Tanpa Mukim!

Program Santri Laju Kendal Langsung Diserbu 30 Peserta, Belajar Kitab Kuning Gratis Tanpa Mukim!
ACHMAD ZAENURI PROGRAM SANTRI LAJU - Acara ta\'aruf dn pembukaan angkatan pertama program santri laju yang diasuh oleh KH. Abdul Muis.
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, KENDAL – Menjadi santri di pondok pesantren memang lazimnya harus bermukim. Namun, Pondok Pesantren Pungkuran Nurul Hidayah Kaliwungu membuat terobosan melalui program Santri Laju, yang memungkinkan para santri belajar Al-Qur’an dan kitab kuning khas pesantren tanpa harus tinggal.

Sesuai namanya, para santri tetap bisa tinggal di rumah. Sementara proses pembelajaran akan dilaksanakan di pondok secara rutin. Bahkan, para santri tidak dipungut biaya alias gratis selama proses pembelajaran.

Program Santri Laju ini berangkat dari keprihatinan pengasuhnya, KH. Abdul Muis. Menurutnya, Kaliwungu yang dikenal sebagai kota santri ternyata juga menyisakan data kenakalan remaja yang cukup tinggi. Di sisi lain, pilihan untuk mondok selalu menjadi keputusan yang tidak mudah karena keharusan mukim dan biaya yang tak ringan.

Baca Juga:PMI Pekalongan Jamin Darah Aman, Setiap Kantong Lalui Uji Ketat Sesuai Standar Kemenkes!Bupati Minta Sinergi di Muskercab GP Ansor Kendal, Jaga Persatuan & Sukseskan Pembangunan!

“Maka kami bersepakat membuka program Santri Laju ini sebagai ikhtiar bersama untuk memberi solusi,” ungkap Kiai Muis, Sabtu (2/8/2025).

Tahun 2025 ini merupakan tahun perdana program Santri Laju, dan resmi dimulai per Agustus ini. Pada Sabtu, 3 Agustus 2025, acara taaruf dan pembukaan angkatan pertama pun dilaksanakan. Program ini diharapkan menjadi jawaban atas kegalauan banyak orang tua yang ingin memondokkan anaknya, tetapi masih terkendala mental hingga biaya.

“Para anak tetap bisa belajar kitab kuning, memahami fiqih ibadah dan persoalan kontemporer, dengan pendekatan tasawuf yang menyejukkan,” terang Kiai Muis.

Dalam operasionalnya, program Santri Laju mengusung konsep pembelajaran tiga kali seminggu pada malam hari Senin, Rabu, dan Jumat pukul 18.00–21.00. Para peserta tetap tinggal di rumah bersama orang tua, tetapi mendapatkan kurikulum pembelajaran layaknya santri pondokan.

Sementara itu, Kepala Program Santri Laju, Agus Setiyawan, menyebut pendekatan pendidikan dalam program ini berbasis multiple intelligence atau kecerdasan majemuk. Tujuannya agar sistem pendidikan tidak hanya fokus pada hafalan, tetapi juga pada pemahaman dan pengembangan karakter santri.

“Dengan memahami jenis kecerdasan yang dimiliki tiap anak, kita ingin membentuk sistem pembelajaran yang lebih humanis dan ideal, yang bisa membentuk pribadi religius, cerdas, dan berakhlak,” terangnya.

Untuk angkatan perdana saat ini, total ada 30 anak yang terdaftar dalam program Santri Laju. Mereka akan dididik dengan target utama mampu membaca dan memahami kitab kuning secara mandiri. “Dengan pendekatan inklusif, gratis, dan tanpa keharusan tinggal di pesantren, Program Santri Laju menjadi langkah progresif dalam mencetak generasi Qur’ani tanpa memaksakan sistem yang belum tentu cocok untuk semua anak,” jelas Agus.

0 Komentar