Melalui acara ini, tradisi simtudh-dhuror tidak hanya menjadi momen beribadah, tetapi juga sarana memperkokoh tali silaturahmi dan kebersamaan antar masyarakat. Dan tak terkecuali, momen puncaknya sering kali dirayakan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, memberikan sentuhan religius yang lebih mendalam dan meriah.
4. Khoul Akbar Pekalongan / Sya’banan
Acara Khoul adalah perayaan Islami yang diadakan setiap tahun pada tanggal 14 Sya’ban untuk mengenang jasa Ulama’ penyebar agama Islam di Pekalongan, termasuk alm. Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib Al-Athos.
Beliau adalah ulama kelahiran Hadramaut Timur Tengah yang menyebarkan Islam di Pekalongan dan dimakamkan di Sapuro, tempat yang juga menjadi pusat ziarah. Acara ini memperkuat hubungan batin dengan Sang Pencipta dan memperkaya spiritualitas masyarakat Pekalongan.
Baca Juga:Rahasia Kuliner Laut: 3 Cara Persiapan dan Pembuatan Ikan Panggang yang Menggugah SeleraMengungkapkan Teknologi Revolusioner! Bagaimana Inovasi Digital Membawa Revolusi dalam Manajemen Tambak?
5. Nyadran / Sedhekah Laut
Mengarungi gelombang tradisi, Nyadran atau Sedhekah Laut menjadi simbol kearifan lokal yang masih menjulang tinggi di kota Pekalongan, terutama di pesisir Pantai Wonokerto dan Pantai Pasir Kencana.
Dalam perayaan ini, masyarakat menghanyutkan harapan dan rasa syukur mereka kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan membawa sesaji berupa jajan pasar, hasil panen, serta wayang Pendhowo Limo dan Dewi Sri yang diarak oleh kapal-kapal yang dihias indah.
Kegiatan yang digelar di bulan Syuro, selain sebagai bentuk penolak bala’, juga menjadi momentum emas silaturahmi di antara warga.
Malamnya disulap menjadi panggung kehormatan bagi penguasa Pantai Utara Jawa melalui pertunjukan Wayang Kulit, sebuah tradisi yang tak lekang oleh waktu, menandai keberlanjutan toleransi manusia terhadap alam yang menggenggam penuh keajaiban.
6. Sedhekah Bumi
Sedhekah Bumi di Pekalongan menghadirkan nuansa budaya yang kaya dan unik, mencerminkan akulturasi yang semakin berkembang di wilayah tersebut.
Tradisi ini tidak hanya sekadar perayaan, tetapi juga sebuah upacara yang menggugah hati dan pikiran. Masyarakat berkumpul dengan membawa golong, sajian nasi dan lauk-pauk dibungkus daun pisang, serta berbagai jajan pasar dari tiap-tiap rumah keluarga.
Di tengah semangat kebersamaan, sesepuh desa, ulama kampung, dan ahli kubur memimpin doa selamatan dan tahlil, sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan oleh Sang Pencipta dan pengingat akan pentingnya berbuat kebaikan dalam hidup.