Mencari Katarsis di Tengah Riuh Demonstrasi – Pentingnya Social Support System bagi Masyarakat Indonesia

Demonstrasi bukan hanya gejala politik, namun juga merupakan gejala psikologi.
Demonstrasi yang marak belakangan ini karena tidak tersalurkannya sumbatan psikologis secara kelompok.
0 Komentar

Oleh: Rizki Nuansa Hadyan, S.Psi, MM, Psikolog

RADARPEKALONGAN.ID – Belakangan ini kita menyaksikan dinamika sosial-politik di Indonesia yang ditandai oleh demonstrasi, protes publik, bahkan luapan kemarahan kolektif yang kadang tak terkendali.

Sebagai seorang psikolog, saya memandang fenomena ini bukan hanya sebagai gejala politik semata, tetapi juga sebagai cerminan akumulasi emosi dan problematika psikologis yang dialami manusia dalam kehidupannya.

Setiap individu, dalam keseharian, menyimpan “sekam” psikologis berupa stres, tekanan ekonomi, konflik keluarga, hingga perasaan tidak berdaya dalam menghadapi sistem yang kompleks.

Baca Juga:Renungan Kemerdekaan ke-80: Mengapa Indonesia Belum Selesai?SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan Pekalongan Silaturahim dengan Orang Tua

Sekam itu bisa terlihat kecil, bahkan seolah tak berbahaya, namun pada dasarnya mudah terbakar ketika tersulut oleh percikan api kemarahan sosial.

Demonstrasi yang masif sering kali merupakan bentuk katarsis kolektif – pelepasan emosi yang menumpuk dalam diri individu maupun kelompok.

Katarsis: Jalan Keluar Psikologis

Dalam teori psikoanalisis Freud, katarsis adalah pelepasan energi emosional yang terpendam agar individu dapat mencapai keseimbangan psikis.

Aristoteles jauh sebelumnya menggunakan istilah ini dalam konteks tragedi Yunani, di mana penonton mengalami pelepasan emosi melalui drama.

Fenomena sosial yang kita saksikan di jalanan Indonesia hari ini bisa dibaca dengan kacamata yang sama: masyarakat mencari saluran ekspresif untuk tekanan batin yang tidak menemukan ruang di kehidupan sehari-hari.

Namun, katarsis yang tidak terarah juga berisiko melahirkan kekerasan dan destruksi.

Dalam psikologi sosial, frustration-aggression hypothesis (Dollard et al., 1939) menjelaskan bahwa frustrasi yang tidak tersalurkan dapat berubah menjadi agresi.

Baca Juga:IPM SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan Adakan Kemah Bakti, Bentuk Kader Mandiri dan Unggul Ini Dia Rahasia Menyayangi dan Mendidik Anak agar Bisa Tangguh

Di sinilah pentingnya menciptakan saluran sehat bagi katarsis individu maupun kolektif.

Pentingnya Social Support System

Salah satu cara efektif untuk meredam akumulasi tekanan adalah dengan memastikan setiap individu memiliki social support system yang kokoh.

Cohen & Wills (1985) dalam Psychological Bulletin menjelaskan bahwa dukungan sosial berfungsi sebagai buffer atau peredam terhadap stres, sehingga individu lebih mampu menghadapi tekanan hidup tanpa harus meluapkannya dalam bentuk destruktif.

Social support system bisa berupa:

  • Keluarga yang menjadi ruang aman untuk berbagi keluh kesah.
  • Teman sebaya yang dapat menjadi wadah empati dan solidaritas.
  • Komunitas atau organisasi yang memberikan rasa memiliki (sense of belonging).
  • Institusi negara dan masyarakat sipil yang menyediakan mekanisme aspirasi tanpa harus turun ke jalan dengan penuh amarah.
0 Komentar