Tim Dosen Pulang Kampung IPB Terapkan Teknologi BJA dan Asam Humat di Lahan Pertanian Terdampak Rob

Tim Dosen Pulang Kampung IPB
PENDAMPINGAN - Tim Dosen Pulang Kampung IPB melakukan sosialisasi dan pendamppingan kepada 25 petani di wilayah Degayu pada 20 Juni 2025 lalu
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, PEKALONGAN – Tim Dosen Pulang Kampung IPB bersama Diperpa Kota Pekalongan dan Fakultas Pertanian Unikal, sukses hadir ke Kelurahan Degayu untuk melakukan sosialisasi dan pendampingan “Penerapan Teknologi Budidaya Jenuh Air dan Asam Humat pada Padi Toleran Salinitas di Lahan Terdampak Rob di Pekalongan”.

Melalui program tersebut, tim yang ketuai oleh Prof Dr Ir Munif Ghulamahdi melakukan sosialisasi sekaligus menerapkan teknologi BJA dan asam humat di lahan pertanian yang terdampak rob.

Tim Dosen Pulang Kampung IPB melakukan sosialisasi dan pendamppingan kepada 25 petani di wilayah Degayu pada 20 Juni 2025 lalu. Kegiatan juga dihadiri oleh mahasiswa S2 IPB university Yunita Rahardi Ningrum, Dekan Fakultas Pertanian Unikal, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, serta mahasiswa fakultas pertanian Universitas pekalongan.

Baca Juga:Jasa Raharja dan Korlantas Polri Perkuat Sinergisitas melalui Perjanjian Kerja SamaJasa Raharja Berpartisipasi di EASTS 2025, Dukung Sosialisasi Program Keselamatan Nasional

Selanjutnya, pada 20 Juli 2025, dilakukan demontrasi penanaman padi dengan teknologi BJA dan asam humat. Praktik penanamaam dilakukan pada wilayah sawah seluas 72,5 M² milik salah satu petani, Mat Sinang.

Tim Dosen Pulang Kampung IPB Prof Dr Ir Munif Ghulamahdi menjelaskan, Kelurahan Degayu telah mengalami dampak rob sejak tahun 2012-2024, sehingga lahan sawah yang awalnya kelas I menjadi tidak dapat dimanfaatkan untuk padi karena tekanan salinitas yang tinggi.

“Pada tahun 2024 pembangunan tanggul di pinggiran Pantai kelurahan Degayu telah selesai, sehingga pada musim kemarau I antara Februari-Juni 2025 telah ditanami kembali dan dapat menghasilkan padi 5,2 ton GKP per hektar menggunakan varietas Biosalin 1. Persoalan salinitas masih muncul pada musim kemarau II antara Juni-September 2025, karena kemarau yang tinggi menyebabkan DHL (Daya Hantar Listrik) air sawah dapat mencapai 7-9 ds/m, padahal padi menghendaki DHL air sawah di bawah 3 ds/m,” jelasnya.

Untuk itu, lanjut Prof Munif, solusinya adalah penggunaan teknologi BJA (Budidaya Jenuh Air), varietas padi toleran salin, dan asam humat untuk mengkelat (Mengikat) Na. Produk asam humat yang digunakan adalah Asam Humat IPB1.

“Kemudian pada tanggal 20 Juli 2025 telah didemontrasikan penanaman padi dengan Teknologi BJA dan asam humat untuk nenurunkan DHL hingga di bawah 3 ds/m di daerah perakaran padi,” tambahnya.

0 Komentar