Dari Hafalan Menuju Amalan: Menghidupkan Marwah Ilmu dalam Harlah ke-96 LP Ma'arif

Refleksi harla lp ma\'arif nu oleh moch machrus abdullah
Dr. K.H. Moch. Machrus Abdullah, Lc. M.Si.
0 Komentar

Ini adalah panggilan untuk menjadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Di era digital, di mana informasi mengalir tanpa henti, syair ini adalah pengingat untuk terus berenang di “samudra manfaat,” memilah kebenaran dari kepalsuan. Di sinilah ilmu dan etika bertemu, menegaskan bahwa ilmu hanya akan bermutu jika ia melahirkan sikap yang bermartabat.

Tantangan Santri Muda NU Pekalongan

Peringatan Harlah ke-96 ini adalah momentumnya santri muda NU untuk berkarya. Namun, kita harus jujur melihat tantangan yang ada. Di Kota Pekalongan, kita melihat adanya fenomena di mana minat dan respons santri terhadap berbagai peluang, seperti beasiswa pendidikan, masih sangat rendah. Banyak kesempatan yang datang, namun sayangnya hanya sedikit yang memanfaatkan.

Hal ini menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan rumah besar: kita harus membangun kesadaran agar para santri melek terhadap setiap peluang yang ada dan melek terhadap era digitalisasi saat ini.

Baca Juga:Menang Boleh, Tumbuh HarusLapas‐Rutan Pekalongan Canangkan Program Bersinar dan Buka Program Rehabilitasi

Jika kita benar-benar memahami bahwa ilmu adalah harta yang tak ternilai, maka setiap kesempatan untuk memperolehnya, termasuk melalui beasiswa, akan kita sambut dengan penuh semangat. Membanggalakkan diri adalah langkah awal untuk benar-benar mewujudkan nilai-nilai luhur ini dalam kehidupan nyata.

Refleksi di Kota Pekalongan

Peringatan Harlah ke-96 ini membawa kita pada refleksi mendalam tentang realitas di Kota Pekalongan. Sebagai bagian integral dari Nahdlatul Ulama, LP Ma’arif memikul amanah untuk mewujudkan nilai-nilai luhur ini. Soliditas dan sinergi yang terjalin kuat antara LP Ma’arif dan PCNU menjadi bukti bahwa komitmen terhadap marwah ilmu dan martabat tidak akan goyah, meskipun menghadapi berbagai tantangan. Perjuangan ini adalah manifestasi nyata dari ilmu yang telah menjadi laku.

Pada akhirnya, Harlah ini adalah panggilan untuk beranjak dari sekadar mengenang, menuju sebuah komitmen untuk menghidupkan. Ia mengajak kita untuk tidak hanya menghafal, tetapi mengamalkan. Hingga pada akhirnya, di setiap langkah kita, ilmu dan martabat menjadi laku sehari-hari, mengukuhkan cita-cita luhur Nahdlatul Ulama. (*)

0 Komentar