RADARPEKALONGAN.ID, KOTA PEKALONGAN – Dalam upaya memperkuat pemberdayaan masyarakat inklusif, Pemerintah Kota Pekalongan bersama Kemitraan dan BUMN bersinergi menyelenggarakan pelatihan batik ekologis dan digital marketing.
Program ini menyasar 30 penyandang disabilitas sebagai peserta, dengan tujuan meningkatkan keterampilan membatik sekaligus membuka akses pemasaran yang lebih luas melalui platform digital. Pelatihan berlangsung di gedung Pusdiklat Kospin Jasa Kota Pekalongan, Rabu (24/9/2025).
Hadir membuka kegiatan, Ketua Dekranasda Kota Pekalongan, Inggit Soraya. Dirinya memberikan apresiasi dan mendukung keberlanjutan pelatihan tersebut. Menurut Inggit, batik ekologis saat ini kembali diminati karena menggunakan bahan pewarna alami yang ramah lingkungan sekaligus aman bagi kulit.
Baca Juga:Jaga Kondusivitas Pantura, Polres Pekalongan Sita 49 Botol Miras dari Warung dan Kafe!Satpol PP Tertibkan PK5 di Depan RSUD Kajen, Keluhkan Halte Jadi Tempat Berjualan!
Inggit menerangkan bahwa warna batik ekologis tidak lagi terbatas, melainkan bisa dipadupadankan menjadi kombinasi baru yang indah. Ia menambahkan, pelatihan ini juga memberi ruang bagi penyandang disabilitas untuk berkarya dan memperkuat identitas batik Pekalongan.
Selain itu, dalam kesempatan ini peserta dilatih digital marketing agar dapat menjemput bola dan menjangkau pasar lebih luas, sehingga tidak lagi hanya mengandalkan penjualan offline.
“Saya sebagai Ketua Dekranasda sangat mendukung inovasi dan mengapresiasi kegiatan ini. Sangat lengkap, peserta dibekali kemampuan membatik ekologis kemudian juga digital marketing, sehingga produk yang nantinya diproduksi bisa dikenal lebih luas lagi.
Kemudian peluang pasar batik ekologis ini juga sangat bagus dari Kemitraan juga belum lama ini menggandeng komunitas batik ekologis ikut pameran di Jogja. Mudah-mudahan bisa luas lagi peluangnya,” terangnya.
Kepala Bidang Koperasi dan UMKM pada Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Pekalongan, Tipuk Prasetyowati, mengatakan, pelatihan berlangsung tiga hari dengan tahapan praktik membuat pola batik, pewarnaan menggunakan bahan alami seperti jolawe, tingi, kunyit, bunga, kayu, dan daun, serta pembelajaran strategi digital marketing.
“Penggunaan pewarna alami ini memberi nilai tambah karena ramah lingkungan, sementara penyandang disabilitas sebagai peserta utama diharapkan memperoleh kemandirian ekonomi dari keterampilan yang diberikan,” ujarnya.
Salah satu peserta, Merry Maryam, mengaku bersyukur dapat mengikuti kegiatan tersebut. Baginya, kesempatan ini bukan hanya menambah ilmu, tetapi juga memberikan semangat baru.