RADARPEKALONGAN.ID, KOTA PEKALONGAN – Pengelolaan sampah di lingkungan sekolah kini bukan hanya tanggung jawab petugas kebersihan, melainkan juga bagian dari proses pendidikan karakter dan kreativitas peserta didik. Hal itu ditunjukkan oleh SMP Negeri 8 Kota Pekalongan yang konsisten menjalankan program pengelolaan sampah terintegrasi.
Kepala SMP Negeri 8 Kota Pekalongan, Sumarita, menjelaskan bahwa jajaran SMP Negeri 8 telah lama menerapkan sistem pemilahan sampah organik dan anorganik agar bisa dimanfaatkan kembali secara optimal.
Menurutnya, sampah organik yang dihasilkan setiap hari diolah menjadi pupuk kompos yang digunakan untuk menyuburkan tanaman di lingkungan sekolah. Sementara itu, sampah anorganik seperti botol air mineral dimanfaatkan kembali, antara lain untuk pot tanaman maupun media akuarium yang berada di halaman sekolah.
Baca Juga:Penanganan Stunting Kunjungan Rumah Singgah Gizi Pekalongan Meningkat, Didukung Dokter Spesialis!Ribuan Industri Kecil di Kendal Butuh Pemberdayaan Agar Naik Kelas, Diserahkan Lewat Pelatihan!
“Dengan begitu, kami bisa melakukan efisiensi anggaran. Kami tidak perlu membeli pot-pot tanaman baru, karena cukup memanfaatkan botol bekas yang ada. Selain ramah lingkungan, hal ini juga sekaligus meningkatkan kreativitas anak-anak,” terang Sumarita, Selasa (16/9/2025).
Lebih lanjut, Sumarita mengungkapkan bahwa langkah kreatif tersebut juga merupakan tindak lanjut implementasi nyata sebagai sekolah Adiwiyata. Program Adiwiyata mendorong sekolah untuk peduli dan berbudaya lingkungan.
SMP Negeri 8 memanfaatkan berbagai limbah yang ada dengan cara melatih siswa untuk mendaur ulang serta menggunakan kembali barang-barang yang semula dianggap tidak terpakai.
“Anak-anak kami biasakan untuk melakukan reuse, reduce, dan recycle. Jadi selain mengurangi timbunan sampah, mereka juga bisa berinovasi. Misalnya, pot tanaman dari botol plastik yang tidak hanya memperindah halaman sekolah, tetapi juga menjadi karya kreatif siswa yang bernilai edukatif,” tambahnya.
Selain itu, SMP Negeri 8 Kota Pekalongan juga memiliki inovasi lain berupa Rumah Botol, yaitu tempat khusus untuk mengumpulkan botol plastik bekas. Saat ini terdapat tiga titik Rumah Botol yang tersebar di area sekolah. Siswa diajak membuang botol plastik bekas ke dalam wadah tersebut. Setelah terkumpul, botol-botol tersebut kemudian dijual.
“Hasil penjualannya kami gunakan kembali untuk mendukung kegiatan operasional sekolah. Jadi sampah yang tadinya tidak bernilai, bisa menjadi sumber pemasukan bagi sekolah,” jelas Sumarita.