Risiko Stunting di Pekalongan Masih 7 Persen, Wawalkot Desak Kolaborasi Lintas Sektor untuk GENTING

Risiko Stunting di Pekalongan Masih 7 Persen, Wawalkot Desak Kolaborasi Lintas Sektor untuk GENTING
ISTIMEWA RAKOR – Wakil Wali Kota Pekalongan, Hj Balgis Diab, saat memimpin Rapat Koordinasi TPPS Tahun 2025 di Ruang Buketan Setda, Senin (27/10/2025).
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, KOTA PEKALONGAN — Angka risiko stunting di Kota Pekalongan masih menjadi perhatian serius Pemerintah Kota (Pemkot) setempat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan, tercatat sekitar 1.205 balita atau 7 persen dari total 18.581 sasaran berisiko mengalami stunting.

Kondisi tersebut mendorong Pemkot untuk memperkuat koordinasi dan kolaborasi lintas sektor demi mempercepat penurunan angka stunting di daerah.

Hal ini ditegaskan oleh Wakil Wali Kota Pekalongan sekaligus Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), Balgis Diab, saat memimpin Rapat Koordinasi TPPS Tahun 2025 di Ruang Buketan Setda, Senin (27/10/2025).

Baca Juga:9 Tahun Dinanti Warga, Jembatan Sungai Lingen Kendal Senilai Rp 1,2 Miliar Akhirnya Mulai DibangunAntisipasi Banjir Rob dan Kiriman, BPBD Pekalongan Siagakan Satgas dan Relawan 24 Jam Penuh

Balgis menekankan bahwa penanganan stunting harus diwujudkan dalam langkah nyata dan gotong royong bersama, bukan sekadar seremonial belaka.

“Kami berharap kegiatan percepatan penurunan stunting ini bukan hanya acara seremonial saja, tapi bisa dimanfaatkan untuk sama-sama berdiskusi karena kita punya waktu dua tahun untuk menyelesaikan ini,” ujarnya.

Integrasi Data dan Program GENTING

Wawalkot Balgis mengajak seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), camat, dan kelurahan untuk lebih aktif bersinergi. Ia juga membuka ruang kolaborasi dengan dunia usaha melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) dan Baznas untuk mendukung program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING).

Menurutnya, kunci efektivitas penanganan terletak pada integrasi data dan sinergi program.

“Update data stunting bisa dikoordinasikan dengan para camat, dan pemberian PMT bisa disalurkan melalui MBG. Selama ini programnya masih berjalan sendiri-sendiri, padahal MBG juga bisa untuk bumil, busui, dan balita,” jelasnya.

Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, Rina Prasetyowati, melaporkan bahwa berbagai intervensi telah dilakukan, seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil, pendirian Rumah Singgah Gizi (RSG), hingga skrining anemia bagi remaja putri yang berhasil turun dari 50 persen (2024) menjadi 20 persen (2025). Capaian ASI eksklusif juga meningkat menjadi 90 persen.

Untuk memperkuat ketahanan ekonomi keluarga berisiko stunting, Dinkes juga menyalurkan bantuan berupa ternak bebek, pupuk, dan alat menjahit. “Harapannya, keluarga ini bisa lebih mandiri dan berdaya secara ekonomi,” pungkas Rina. (way)

0 Komentar