RADARPEKALONGAN.ID, KOTA PEKALONGAN — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan terus memperkuat ketahanan masyarakat terhadap risiko bencana dengan menggenjot pembentukan dan pelatihan Kelurahan Tangguh Bencana (Katana). Saat ini, 21 kelurahan telah memiliki Katana aktif, dan ditargetkan seluruh 27 kelurahan di Kota Pekalongan rampung pada akhir tahun ini.
Kalakhar BPBD Kota Pekalongan, Budi Suheryanto, menjelaskan bahwa pembentukan Katana merupakan langkah strategis untuk menciptakan masyarakat yang tanggap dan mandiri dalam menghadapi bencana, terutama menjelang musim penghujan.
“Kita lakukan simulasi dan pelatihan di setiap kelurahan, menyesuaikan dengan potensi ancaman. Untuk wilayah Pekalongan Utara dan Pekalongan Barat fokus pada banjir dan rob, sementara Pekalongan Selatan lebih ke simulasi kebakaran dan gempa,” jelasnya, Rabu (29/10/2025).
Baca Juga:Cetak Kepala Sekolah Visioner, Dikdasmen PDM Kendal Latih Calon Asesor Penilaian Kinerja KasekDindik Pekalongan Terapkan Deep Learning di Semua Jenjang Sekolah, Tingkatkan Pembelajaran Bermakna
Budi menuturkan, BPBD berkolaborasi dengan Kodim, relawan, dan masyarakat setempat dalam setiap kegiatan simulasi untuk memperkuat sinergi. Pekan depan, simulasi banjir terpadu akan dilaksanakan bersama Kodim di Kelurahan Kandang Panjang.
Satgas 24 Jam dan Pemantauan Digital Diperkuat
Selain Katana, BPBD juga telah menyiapkan Satuan Tugas (Satgas) 24 jam dan relawan lapangan sebagai garda terdepan saat bencana terjadi, termasuk dalam pendirian dapur umum dan evakuasi warga.
“Saat terjadi banjir, relawan lokal yang sudah dilatih inilah yang pertama kali bergerak. Mereka tahu kondisi wilayah dan jalur evakuasi,” imbuhnya.
Kesiapsiagaan tersebut juga didukung dengan sarana pemantauan digital berupa CCTV di empat titik strategis: Taman Wisata Laut (TWL) Pantai Pasir Kencana, Sungai Bremi, Sungai Lodji, dan Jalan Kurinci. BPBD pun terus berkoordinasi cepat dengan BMKG, di mana berdasarkan prakiraan, hujan intensitas tinggi diperkirakan meningkat pada pertengahan November hingga Januari 2026.
Melalui langkah-langkah sistematis ini, Budi Suheryanto berharap setiap warga dapat menjadi bagian dari sistem tangguh bencana di wilayahnya.
“Kesiapsiagaan bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga masyarakat. Semakin cepat mereka tanggap, semakin kecil risiko yang ditimbulkan,” tandas Budi. (nul)
