Dampaknya, lebih dari 200 kepala keluarga petani kehilangan mata pencaharian akibat gagal panen berulang. Saat rob datang, ketinggian air bisa mencapai lutut orang dewasa, melumpuhkan akses transportasi dan aktivitas warga.
“Air biasanya mulai masuk tengah malam dan surut menjelang sore. Jalannya tidak kelihatan,” ujar Umar.
Ia mengingatkan, tanpa penanganan segera, nasib Kasepuhan akan menyusul Desa Denasri yang permukimannya sudah terendam rob. Warga berharap pemerintah tidak menunda pembangunan tanggul laut, sebelum kawasan ini sepenuhnya kehilangan fungsi ekonomi dan huniannya.
