RADARPEKALONGAN.ID, KENDAL – Wali Kota Sue Machi Jepang, Shuichi Hiramatsu, melanjutkan kunjungan kerjanya di Kabupaten Kendal dengan menyambangi sejumlah sentra kopi dan perkebunan di Kendal atas, Jumat (28/11/2025). Kunjungan ini merupakan agenda penting dalam penjajakan peluang kerja sama dagang, khususnya di sektor komoditas kopi.
Rombongan Wali Kota Jepang meninjau perkebunan dan berdialog dengan petani di Dukuh Jambean (Desa Purwosari), yang dikenal dengan kopi arabica-nya, dan Desa Tamanrejo, penghasil kopi robusta terbesar.
Usai seluruh rangkaian kunjungan, Shuichi Hiramatsu membawa pulang empat jenis sampel kopi Kendal—arabica, robusta, liberika, dan exelsa—untuk didiskusikan lebih lanjut di Jepang.
Baca Juga:Realisasi PKB Pekalongan Baru 75%, Wali Kota Aaf Libatkan Lurah dan Camat Data Wajib PajakDukung Program MBG, Peternak Pekalongan Belajar Budidaya Kambing Perah Unggulan di Sleman
“Kami bawa dulu sampelnya dan akan kami diskusikan lebih lanjut di sana untuk peluang kerja sama ekspornya,” ujar Shuichi. Ia menambahkan bahwa ketertarikan yang kuat sudah diarahkan pada kopi arabica dan robusta, dengan harapan keputusan dapat segera disampaikan.
Bupati Ingatkan Kualitas dan Konsistensi
Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari (Bupati Tika), menyambut baik respons positif ini. Ia menegaskan bahwa kopi Kendal memiliki kualitas yang kompetitif, namun promosi dan pengenalannya masih terbatas.
“Dari awal mereka memang tertarik sama arabica, dan responnya juga bagus. Kemungkinan dalam waktu dekat ini nanti diputuskan,” kata Dyah Kartika.
Namun, Bupati Tika memberikan peringatan keras kepada para petani untuk menjaga kualitas dan konsistensi produk apabila kerja sama ekspor benar-benar terwujud.
“Kalau nanti ini jadi, ya petani harus menjaga kualitas. Jangan sampai kekurangan bahan ekspor terus ditambah kopi dari wilayah lain. Jepang itu ketat. Kalau tidak sesuai kesepakatan awal, bisa langsung dicoret,” tegasnya.
Ketua Kelompok Tani Desa Tamanrejo, Kusnan, menyambut gembira peluang ekspor ini. Ia menyebut desa mereka mampu memproduksi lebih dari 20 ton kopi kering per tahun, terutama jenis robusta. (fur)
