Pekalongan Darurat Sampah, SMP Wahid Hasyim dan DLH Rintis Bank Sampah Sekolah Jadi Solusi Krisis TPA Degayu

Pekalongan Darurat Sampah, SMP Wahid Hasyim dan DLH Rintis Bank Sampah Sekolah Jadi Solusi Krisis TPA Degayu
MALEKHA EDUKATIF - SMP Wahid Hasyim mengambil langkah konkret dengan merintis Bank Sampah sekolah sebagai solusi edukatif bagi warga Kandang Panjang.
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, KOTA PEKALONGAN – Penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Degayu oleh Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2025 memicu status “darurat sampah” di Kota Pekalongan. Menanggapi krisis tersebut, SMP Wahid Hasyim bergerak cepat dengan menginisiasi Bank Sampah rintisan sebagai solusi konkret bagi warga di wilayah Kandang Panjang.

Bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, sekolah yang berlokasi tepat di depan kantor DLH ini memulai gerakan pengelolaan sampah mandiri. Inisiatif ini merupakan respon atas penumpukan sampah liar di fasilitas umum sekaligus mengikuti arahan pemerintah daerah untuk mengolah sampah langsung dari sumbernya.

Kepala SMP Wahid Hasyim, Nirina Farra, melalui program Adiwiyata, menegaskan bahwa perubahan gaya hidup di sekolah menjadi fondasi utama gerakan ini. Siswa kini diwajibkan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di area kantin.

Baca Juga:Wujudkan Kendal Cerdas, Bupati Tika Luncurkan Program Satu Desa Satu Sarjana Lewat Beasiswa Baznas & UINWamen ATR/BPN Ossy Dermawan Puji KKN Tematik UIN Gus Dur: Sukses Temukan 2.000 Bidang Tanah Wakaf di Pekalon

“Kami mulai dari akarnya, yakni mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di kantin. Siswa kini membawa wadah sendiri, dan kantin beralih ke gelas reusable,” ungkap Nirina Farra, Jumat (19/12/2025).

Program ini tidak hanya menyasar internal sekolah, tetapi juga merangkul para orang tua melalui parenting kreatif. Dalam kegiatan tersebut, wali murid diajarkan cara mengolah sampah dapur menjadi kompos bernilai ekonomi untuk menekan volume sampah organik rumah tangga.

Setiap hari Jumat, para siswa dan wali murid antusias menyetorkan sampah anorganik seperti kardus, plastik deterjen, hingga botol bekas untuk kemudian disetorkan ke Bank Sampah Induk (BSI) melalui koordinasi dengan DLH.

“Hasilnya luar biasa. Sekolah menjadi jauh lebih bersih, dan secara ekonomi, tabungan di rekening bank sampah terus bertambah,” tambah Nirina.

Aksi kolaborasi antara SMP Wahid Hasyim dan DLH Kota Pekalongan ini diharapkan menjadi role model bagi institusi pendidikan lainnya. Di tengah krisis lingkungan yang melanda Kota Batik, inisiatif ini membuktikan bahwa edukasi dan kerja sama dapat mengubah tumpukan masalah menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat. (mal)

0 Komentar