Oleh Arga Rasya Putra
RADARPEKALONGAN.ID – Kalian ingin tahu lebih banyak Komunitas Renaisans yang dilahirkan akhir tahun 2005 ini? Tanya saja Arif ‘Marx’ Budiman. Pemberian nama itu tak begitu berat bagi suatu komunitas, apalagi komunitas membaca bagi mahasiswa.
Berawal dari ide, semua orang bebas memilih siapapun yang akan dijadikan role model dalam hidupnya. Mulai dari atlet olahraga, tokoh nasional maupun tokoh dunia.
Apakah itu cendekiawan muslim, orientalis atau bintang sinetron, pemusik seperti Rhoma Irama, YouTuber Reza Arap bahkan host mancing mania bernama Bayu Noer sekalipun.
Baca Juga:Semangat Belajar Bung Karno Ditinjau dari Artikel Nasionalisme Islamisme dan MarxismeDKP Kota Pekalongan Menjadi OPD Terinovatif Disusul RSUD Bendan dan Bapperida
Sehingga jika ditanya apa cita-cita orang itu? Jawabannya diperoleh tidak jauh dari sosok role modelnya.
Saya membayangkan sosok anak kecil bernama Budiman Siregar yang ramai di sosial media ketika ditanya apa cita-cita mu? Dia menjawab “Kapal Laut’” dengan logat Medannya.
Entah apa yang dia maksud, apakah menjadi kapal beneran atau menjadi nakhoda kapal. Ketika Budiman Siregar menjadi dewasa, bisa jadi cita-citanya berubah dan berganti haluan karena ada yang lebih menarik lagi dalam pandangannya.
Mazhab Pemikiran Komunitas Renaisans
Komunitas Renaisans adalah komunitas yang lahir dari kegelisahan sekelompok mahasiswa. Mereka merasa sepi, sendiri, tidak ada teman untuk berdiskusi.
Membaca buku sendiri, menulis artikel sendiri, ngobrolin buku sendiri dan bisa jadi kalau salah baca akan tersesat sendiri.
Sejak awal kami bersepakat kalau komunitas dibuka untuk siapapun. Tanpa mempertimbangkan latar belakang organisasi, ideologi, kelompok, agama atau warna baju. Bersama dalam perbedaan dan perbedaan untuk menemukan kesamaan.
Semua bisa ikut mulai dari bakul parfum, pegawai apoteker, ASN, jurnalis, mahasiswa, petani. Yang tak boleh ikut hanya yang alergi dengan kritik dan keterbukaan.
Baca Juga:Kota Pekalongan Berhasil Kembalikan 145 Anak Tidak Sekolah pada Tahun 2024Kota Pekalongan Lolos Menjadi Kota Terinovatif Tingkat Nasional dalam Ajang IGA Kemendagri Tahun 2025
Hal inilah yang memungkinkan komunitas ini kelak berada sebagai mazhab empati dan cinta. Sudah barang tentu empati dan cinta adalah barang langka.
Arif ‘Marx’ Budiman Pendobrak Kemapanan
Kurang dari satu pekan Arif ‘Marx’ Budiman langsung menulis di Radar Pekalongan. Saya sudah baca, bagaimana Arif merayu orang untuk semangat belajar dengan meneladani Bung Karno.
