Saya mahfum atas alam pikiran Arif ‘Marx’ Budiman yang menyimpan buku Di Bawah Bendera Revolusi (DBR) sedari SMP. Tapi saya perlu menyentil dia kalau kerangka tempurung kepala orang berbeda-beda, tak boleh disamaratakan.
Meskipun ia tak mewajibkan orang ikut opininya. Tapi saya ingin membela kaum kubu sastra lewat tokoh Ikal, Lintang dan Arai yang diceritakan mahasiswa asal Petungkriyono.
Laskar Pelangi memang menjadi karya tetralogi mahal dan terus melahirkan semangat belajar orang menembus batas-batas ketidakmungkinan.
Baca Juga:Semangat Belajar Bung Karno Ditinjau dari Artikel Nasionalisme Islamisme dan MarxismeDKP Kota Pekalongan Menjadi OPD Terinovatif Disusul RSUD Bendan dan Bapperida
Saya tunggu review tulisan kawan saya ‘Laskar Pelangi’ dalam perspektif pegunungan Petungkriyono.
Saya berfikir komunitas kecil ini membuat orang tak malu-malu mulai menulis mulai berbicara. Seperti halnya tulisan saya ini. Karena memang hakikatnya manusia adalah homo fabula (manusia yang bercerita)
Mengubah Pola
Standarisasi cita-cita organisasi mahasiswa ekstra universiter kadangkala turun kasta. Pasalnya anggotanya sangat hafal nama-nama tokoh alumni organisasinya yang memiliki posisi penting dan strategis, ketimbang meneladani gagasan dan pemikirannya.
Tentu akan lebih tragis lagi kalau alumninya sama sekali tidak memiliki kompetensi dan hanya numpang kursi dari nama besar organisasinya. Hadeuh………
Dialog-dialog di sekretariat bukan lagi dialog pikiran yang dituliskan para tokoh. Melainkan semacam pengkultusan yang tak bisa diganggu gugat karena tokoh senior dan satu organisasi misalnya.
Kuatkan Eksosistem
Menyinggung tulisan dan apa yang dilakukan Arif ‘Marx” Budiman kemarin adalah gerbang awal untuk menghantarkan dia menjadi pembaca dan pemikir ulung.
Tetapi jangan lupa, untuk membangun fondasi komunitas baca, jangan menuntut anggota lain membaca buku-buku yang ia baca. Setiap orang memiliki passion dan minat yang berbeda-beda.
Baca Juga:Kota Pekalongan Berhasil Kembalikan 145 Anak Tidak Sekolah pada Tahun 2024Kota Pekalongan Lolos Menjadi Kota Terinovatif Tingkat Nasional dalam Ajang IGA Kemendagri Tahun 2025
Membangun minat budaya membaca lewat komunitas renasains dan membuat tulisan, barangkali itu bisa menjawab dekadensi kapasitas intelektual. Jangan sampai mahasiswa kehilangan jati dirinya sebagai agen perubahan.
Terakhir, merupakan sebuah keniscayaan dalam struktur sosial kita terbagi menjadi bagian kelompok-kelompok. Ada kelompok yang senang berorganisasi, senang berbisnis, senang rebahan, bahkan ada kubu yang tahu dirinya senang dan membuat dirinya lebih senang tapi dia tidak tahu arah mau ke mana.
