RADARPEKALONGAN.ID, KOTA PEKALONGAN – Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Pertanian dan Pangan (Dinperpa) sukses mengubah lahan pesisir yang mati akibat rob menjadi sawah produktif. Melalui inovasi padi biosalin, luasan lahan tanam di wilayah utara kota tersebut kini melonjak drastis dari hanya 1,2 hektare menjadi lebih dari 40 hektare dalam kurun waktu kurang dari setahun.
Kesuksesan ini bermula dari membaiknya kondisi lahan di pesisir Pekalongan sejak akhir 2023. Aspirasi warga yang ingin kembali bertani direspons Dinperpa dengan merintis varietas padi yang mampu mentoleransi kadar garam (salinitas) tinggi.
Kepala Dinperpa Kota Pekalongan, Lili Sulistyawati, mengungkapkan bahwa kepercayaan petani mulai tumbuh setelah melihat hasil demplot (lahan percontohan) pertama yang dilaksanakan pada November 2024.
Baca Juga:Akomodasi Hak Konstitusi, 46 Warga Batang Ubah Kolom Agama di KTP Menjadi Penghayat KepercayaanWawalkot Balgis Diab Tekankan Perangkat Daerah Tindaklanjuti Rekomendasi BPK demi Tata Kelola Akuntabel
“Masyarakat sekitar masih ingin lahannya kembali menjadi sawah. Dari situ kami mulai merintis pengembangan padi biosalin sebagai solusi yang sesuai dengan kondisi lahan salinitas tinggi,” jelas Lili saat ditemui di ruang kerjanya, belum lama ini.
Dukungan Infrastruktur Irigasi BBWS
Keberhasilan perluasan lahan ini didukung kuat oleh perbaikan infrastruktur irigasi. Melalui Inpres tahun anggaran 2025, Kementerian Pekerjaan Umum melalui BBWS Pemali Juana telah merealisasikan pembangunan irigasi di tujuh titik strategis. Penataan ini krusial untuk memastikan pasokan air tawar guna mengimbangi tingkat keasinan tanah.
“Insyaallah dengan irigasi yang mulai tertata, lahan sawah di wilayah pesisir dapat kembali berfungsi secara berkelanjutan,” tandas Lili.
Penghargaan Tingkat Provinsi dan Target 2026
Berkat terobosan ini, program biosalin Pekalongan diganjar penghargaan Insan Pertanian sebagai inovasi pertanian terbaik tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2025. Penghargaan ini memacu Dinperpa untuk mengatasi kendala utama saat ini, yaitu keterbatasan bibit.
Lili menjelaskan bahwa padi biosalin bukan merupakan varietas umum, sehingga petani sering kesulitan mendapatkan pasokan benih. Guna menyiasati hal tersebut, Dinperpa menggandeng Bank Indonesia untuk mengembangkan penangkaran bibit mandiri.
“Ke depan, Bank Indonesia akan mendukung pengembangan bibit biosalin. Insyaallah pada tahun 2026 Kota Pekalongan bisa menyediakan bibit sendiri untuk memenuhi kebutuhan petani di wilayah kami maupun sekitar,” ucapnya optimistis.
