3 Efek Perspektif Negatif, Rugikan Banyak Aspek dalam Hidupmu

Perspektif negatif
Perspektif negatif. (Sumber: freepik.com)
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID – Kecenderungan memiliki perspektif negatif di mana lebih memperhatikan hal-hal buruk dan mengabaikan hal-hal baik kemungkinan besar merupakan hasil dari evolusi. Sebelumnya dalam sejarah manusia, memperhatikan ancaman buruk, berbahaya, dan negatif di dunia secara harfiah adalah masalah hidup dan mati. Mereka yang lebih terbiasa dengan bahaya dan lebih memperhatikan hal-hal buruk di sekitar mereka lebih mungkin untuk bertahan hidup.

Ini berarti mereka juga lebih mungkin mewariskan gen yang membuat mereka lebih memperhatikan bahaya, yang kemudian berkembang menjadi perspektif negatif.

Perspektif evolusi menunjukkan bahwa kecenderungan untuk lebih memiliki perspektif negatif daripada positif hanyalah salah satu cara otak mencoba menjaga kita tetap aman.

Perkembangan

Baca Juga:Bias Negatif, 3 Hal yang Terpengaruh Karena Kamu Terfokus Pada Hal NegatifTidak Mudah Menghakimi, Ini 6 Cara Agar Kamu Lebih Positif

Penelitian menunjukkan bahwa perspektif negatif ini mulai muncul pada masa bayi. Bayi yang sangat muda cenderung lebih memperhatikan ekspresi wajah dan nada suara yang positif, tetapi ini mulai bergeser saat mereka mendekati usia satu tahun.

Studi otak menunjukkan bahwa sekitar waktu ini, bayi mulai mengalami respons otak yang lebih besar terhadap rangsangan negatif. Ini menunjukkan bahwa bias negatif otak muncul selama paruh kedua tahun pertama kehidupan seorang anak. Ada beberapa bukti bahwa perspektif sebenarnya dapat dimulai bahkan lebih awal dalam perkembangannya.

Satu studi menemukan bahwa bayi berusia tiga bulan menunjukkan tanda-tanda bias negatif ketika melakukan evaluasi sosial terhadap orang lain.

Respons Otak

Bukti ilmu saraf telah menunjukkan bahwa ada pemrosesan saraf yang lebih besar di otak sebagai respons terhadap rangsangan negatif. Studi yang melibatkan pengukuran event-related brain potentials (ERPs), yang menunjukkan respons otak terhadap rangsangan sensorik, kognitif, atau motorik tertentu, telah menunjukkan bahwa rangsangan negatif menghasilkan respons otak yang lebih besar daripada rangsangan positif.

Dalam studi yang dilakukan oleh psikolog John Cacioppo, peserta diperlihatkan gambar-gambar baik positif, negatif, atau netral. Para peneliti kemudian mengamati aktivitas listrik di otak. Gambar negatif menghasilkan respons yang jauh lebih kuat di korteks serebral daripada gambar positif atau netral.

Karena informasi negatif menyebabkan lonjakan aktivitas di area pemrosesan informasi penting di otak, perilaku dan sikap kita cenderung lebih kuat dibentuk oleh berita buruk, pengalaman, dan informasi.

0 Komentar